Kamis, 10 Desember 2020

MAKALAH PEMBELAJARAN BERBASIS ELEKTRONIK

 


MAKALAH

PEMBELAJARAN BERBASIS ELEKTRONIK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Inovasi Pembelajaran Fisika

 

Dosen Pengampu :

1.    Prof. Dr. Sarwi, M.Si.

2.    Dr. Suharto Linuwih, M.Si.

 

 

Disusun oleh :

Fauziah Utrujjah                               (0403519001)

Adina Widi Astuti                             (0403519003)

Sudarmin                                           (0403519011)

 

 

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

 2020


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.  Latar Belakang Masalah

Di masa yang akan datang penerapan teknologi internet di bidang pendidikan dan pelatihan akan sangat dibutuhkan dalam rangka peningkatan kualitas dan pemerataan layanan pendidikan, terutama di Indonesia yang wilayahnya tersebar di berbagai daerah yang sangat berjauhan. Sehingga diperlukan solusi yang tepat dan cepat dalam mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengan mutu pendidikan, serta upaya untuk merealisiasikan pemerataan perolehan layanan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan oleh undang undang. Dengan adanya pembelajaran yang berbasiskan elektronik (TV, laptop, hp, internet, dll) maka ketergantungan akan jarak dan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pendidikan dan latihan akan dapat diatasi, karena semua yang diperlukan akan dapat disediakan secara online sehingga dapat diakses kapanpun.

Oleh karena itu, diperlukan pemahaman tentang hal-hal yang berkaitan dengan penerapan teknologi internet dan jaringan untuk sebagai suatu bentuk metode pembelajaran, dengan memberikan beberapa informasi mengenai pengertian, kelebihan, kekurangan, serta beberapa contoh metode yang berkaitan dengan sistem pembelajaran berbasis elektronik ini.

 

B.  Rumusan Masalah

1.      Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran berbasis elektronik?

2.      Apasajakah fungsi pembelajaran berbasis elektronik?

3.      Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran berbasis elektronik?

4.      Apasajakah model penyelenggaraan pembelajaran berbasis elektronik?

5.      Bagaimanakah keuntungan memanfaatkan pembelajaran berbasis elektronik?

 

C.  Tujuan

1.    Mengetahui pengertian pembelajaran berbasis elektronik.

2.    Memahami fungsi pembelajaran berbasis elektronik.

3.    Memahami pelaksanaan pembelajaran berbasis elektronik.

4.    Mengetahui model penyelenggaraan pembelajaran berbasis elektronik.

5.    Mengetahui keuntungan memanfaatkan pembelajaran berbasis elektronik.

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Pembelajaran Berbasis Elektronik

Pembelajaran berbasis elektronik (e-Learning) pertama kali dimulai oleh Universitas Illinois, di Urbana-Champaign pada tahun 1960 dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer (computer assisted instruction) yang dijalankan di komputer bernama PLATO diciptakan oleh Profesor Don Bitzer (Sudaryanto, 2010). Sejak itu e-Learning berkembang dari masa ke masa. Berbagai istilah digunakan untuk mengemukakan gagasan tentang pembelajaran elektronik, antara lain: on-line learning, internet-enabled learning, virtual learning, atau web-based learning, web based distance education, e-Learning, web based teaching and learning (Adawi, 2014). E-learning adalah teknologi informasi dan komunikasi untuk mengaktifkan siswa untuk belajar kapanpun dan dimanapun (Dahiya, 2016).

Menurut (Hartanto, 2016) setidak-tidaknya dapat ditarik 3 (tiga) hal penting sebagai persyaratan kegiatan belajar elektronik (e-Learning), yaitu:

1.       Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan (dibatasi pada penggunaan internet).

2.       Tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya CD-ROM, atau bahan cetak.

3.       Tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami kesulitan. Selain ini, beberapa hal yang menjadi syarat tambahan yaitu:

4.       Lembaga yang menyelenggarakan/mengelola kegiatan e-Learning.

5.       Sikap positif dari peserta didik dan tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan internet.

6.       Rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap peserta belajar.

7.       Sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta belajar.

8.       Mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara.

 

B.  Fungsi Pembelajaran Berbasis Elektronik

Setidaknya ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran Berbasis Komputer dan Jaringan terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction), yaitu sebagai suplement yang sifatnya pilihan/opsional, pelengkap (complement), atau pengganti (substitution).

1.      Tambahan (suplement)

Dikatakan berfungsi sebagai tambahan (supplement), apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban atau keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.

2.      Pelengkap (complement)

Dikatakan berfungsi sebagai pelengkap (complement) apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas Sebagai pelengkap berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi pengayaan (reinforcement) atau perbaikan (remedial) bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.

Materi pembelajaran elektronik dikatakan sebagai tambahan, apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat menguasai atau memahami materi pelajaran yang disampaikan guru secara tatap muka (fast learners) diberikan kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang disajikan guru di dalam kelas.

Dikatakan sebagai program remidial, apabila kepada peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang disajikan guru secara tatap muka di kelas (slow learners) diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar peserta didik semakin lebih mudah memahami materi pelajaran yang disajikan guru di kelas.

3.      Pengganti (substitution)

Beberapa sekolah dan perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran dan perkuliahan kepada para peserta didiknya. Tujuannya agar para peserta didik dapat secara fleksibel mengelola kegiatan perkuliahannya sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari mahasiswa. Ada 3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik, yaitu:

a. Sepenuhnya secara tatap muka (konvensional)

b. Sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan

c. Sepenuhnya melalui internet.

Alternatif model pembelajaran manapun yang akan dipilih mahasiswa tidak menjadi masalah dalam penilaian. Karena ketiga model penyajian materi perkuliahan mendapatkan pengakuan atau penilaian yang sama. Jika peserta didik dapat menyelesaikan program perkuliahannya dan lulus melalui cara konvensional atau sepenuhnya melalui internet, atau bahkan melalui perpaduan kedua model ini, maka institusi penyelenggara pendidikan akan memberikan pengakuan yang sama. Keadaan yang sangat fleksibel ini dinilai sangat membantu mahasiswa untuk mempercepat penyelesaian perkuliahannya.

C.  Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Elektronik

Konsep pembelajaran dengan menggunakan Komputer dan Jaringan memungkinkan proses pengembangan pengetahuan tidak hanya terjadi di dalam ruangan kelas saja dimana guru secara terpusat memberikan pelajaran secara searah, tetapi dengan bantuan peralatan komputer dan jaringan, para siswa dapat secara aktif dilibatkan dalam proses belajar-mengajar.

Mereka bisa terus berkomunikasi dengan sesamanya kapan dan dimana saja dengan cara akses ke sistem yang tersedia secara online. Sistem seperti ini tidak saja akan menambah pengetahuan seluruh siswa, akan tetapi juga akan turut membantu meringankan beban guru dalam proses belajar-mengajar, karena dalam sistem ini beberapa fungsi guru dapat diambil alih dalam suatu program komputer.

Disamping itu, hasil dari proses dan hasil dari belajar-mengajar bisa disimpan datanya di dalam bentuk database, yang bisa dimanfaatkan untuk mengulang kembali proses belajar-mengajar yang lalu sebagai rujukan, sehingga bisa dihasilkan sajian materi pelajaran yang lebih baik lagi. Pada dasarnya cara penyampaian atau cara pemberian (delivery system) dari e-Learning, dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

One way communication (komunikasi satu arah)

Two way communication (komunikasi dua arah).

Komunikasi atau interaksi antara guru dan murid memang sebaiknya melalui sistem dua arah. Sebagai bagian dari perkembangan e-Learning, Web merupakan salah satu teknologi internet yang telah berkembang sejak lama dan yang paling umum dipakai dalam pelaksanaan pendidikan dan latihan jarak jauh (e-Learning) tersebut. Secara umum aplikasi komunikasi di internet terbagi menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut:

a.         Synchronous System

Aplikasi yang berjalan secara real time (nyata atau bertatap muka) dimana seluruh pemakai bisa berkomunikasi pada waktu yang sama, contohnya: chatting, video conference, dan sebagainya.

b.         Asynchronous System

Aplikasi yang tidak bergantung pada waktu dimana seluruh pemakai bisa mengakses ke sistem dan melakukan komunikasi antar mereka disesuaikan dengan waktunya masing-masing, contohnya: e-mail.

Di Indonesia, kalaupun perkembangan pemanfaat konsep ini terbilang berjalan lamban, Dengan fasilitas jaringan yang dimiliki oleh berbagai lembaga pendidikan atau institusi di Indonesia baik intranet maupun internet, sebenarnya sudah sangat mungkin untuk diterapkannya sistem pendukung e-Learning berbasis Web dengan menggunakan sistem synchronous atau asynchronous, secara mandiri atau digabungkan, walaupun pada dasarnya kedua sistem diatas biasanya digabungkan untuk menghasilkan suatu sistem yang lebih efektif karena masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya (Soekartawi, 2003).

Dibeberapa negara yang sudah maju dengan kondisi infrastruktur jaringan kecepatan tinggi akan sangat memungkinkan penerapan teknologi multimedia secara real time seperti video conference untuk kepentingan aplikasi e-Learning, tetapi untuk kondisi umum di Indonesia dimana infrastruktur jaringannya masih relatif terbatas akan mengalami hambatan dan menjadi tidak efektif. Namun demikian walaupun tanpa teknologi multimedia tersebut, sebenarnya dengan kondisi jaringan internet yang ada sekarang di Indonesia sangat memungkinkan, terutama dengan menggunakan sistem asynchronous ataupun dengan menggunakan sistem synchronous seperti chatting yang disesuaikan dengan sistem pendukung pendidikan yang akan dikembangkan.

 

D.  Model Penyelenggaraan Pembelajaran Berbasis Elektronik

Menurut Suryadi (2007), berikut beberapa model penyelenggaraan e-Learning dalam pembelajaran:


 

1.    Model e-Learning tutorial

Model ini telah diaplikasikan oleh Universitas Terbuka Online, berdasarkan jenis aplikasi komunikasi yang dilakukan dibagi menjadi dua, yaitu:

a.    Bimbingan belajar elektronik memanfaatkan aplikasi email Internet.

Sistem belajar berbasis Internet yang dapat dikembangkan dapat berupa suatu sistem yang memanfaatkan aplikasi Internet yang bernama mailing-list. Pada tutorial via Internet ini pengajar akan membahas materi atau tugas secara tertulis dan kemudian tulisan tersebut didistribusikan pada seluruh mahasiswa melalui email. Untuk kemudian, ketika mahasiswa membuka Internet dan memeriksa surat elektronik/ emailnya, maka mereka dapat membaca tulisan pengajar serta memberi jawaban, komentar ataupun mengajukan pertanyaan terhadap tugas yang diberikan

b.    Tutorial Elektronik via Fax-Internet

Integrasi Fax-Internet dalam sistem bimbingan belajar via Internet ini akan memperluas titik akses bagi peserta didik. Dalam konsep tutorial Fax-Internet, peserta didik mengirim atau menerima pesan melalui fax dan pengajar/ guru akan menerima atau mengirim balasan surat tersebut melalui email. Ketika menerima fax dari peserta didik, pengajar atau guru menerima fax tersebut dalam bentuk attachment (lampiran) pada surat elektronik

2.    Model Computer Supported Collaboration Learning

Collaboration didefinisikan sebagai kerjasama antar peserta dalam rangka mencapai tujuan bersama. Collaboration tidak hanya sekedar menempatkan para peserta ke dalam kelompok-kelompok studi, tetapi diatur pula bagaimana mengkoordinasikan mereka supaya bisa bekerjasama dalam studi.

Pemakai terdiri dari siswa dan guru yang membimbing, dimana siswa itu sendiri terbagi menjadi siswa dan siswa lain yang bertindak sebagai collaborator selama proses belajar. Para peserta saling berkolaborasi dengan tool yang tersedia melalui jaringan intranet atau internet, dimana guru mengarahkan jalannya kolaborasi supaya mencapai tujuan yang di inginkan, sebagaimana yang diharapkan, untuk melakukan kerjasama antar siswa dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kolaborasi ini bisa diwujudkan dalam bentuk diskusi atau tanya-jawab dengan memanfaatkan fasilitas internet yang umum dipakai misalnya: e-mail, chatting, dikembangkan sesuai dengan kebutuhan aplikasi yang akan dibuat.

Dalam proses kolaborasi antar siswa, guru bisa saja terlibat didalamnya secara tidak langsung, dalam rangka membantu proses kolaborasi dengan cara memberikan arahan berupa message untuk memecahkan masalah. Sehingga diharapkan proses kolaborasi menjadi lebih lancar (Adawi, 2014).

3.    Model Web Course

Penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran, di mana seluruh bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet. Antara mahasiswa dan dosen sepenuhnya terpisah, namun hubungan atau komunikasinya bisa dilakukan setiap saat. Komunikasi lebih banyak dilakukan secara ansynchronous (tertunda) daripada secara synchronous (langsung dibalas). Bentuk web course ini tidak memerlukan adanya kegiatan tatap muka baik untuk keperluan pembelajaran maupun evaluasi dan ujian, karena semua proses belajar mengajar sepenuhnya dilakukan melalui penggunaan fasilitas internet seperti e-mail, chat rooms, bulletin board dan online conference.

4.    Model Web Centric Course

Di mana sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan secara tatap muka. Walaupun dalam proses pembelajarannya sebagian dilakukan dengan tatap muka yang biasanya berupa tutorial, tetapi prosentase tatap muka tetap lebih kecil dibandingkan dengan prosentase proses belajar melalui internet.

5.    Model Web Enhanced Course

Pemanfaatan internet untuk pendidikan, dengan posisi sebagai penunjang peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas. Bentuk ini juga dikenal dengan nama Web lite course, karena kegiatan pembelajaran utama adalah tatap muka di kelas. Peranan internet di sini adalah untuk menyediakan sumber-sumber pengayaan pengetahuan dengan memfasilitasi informasi alamat-alamat atau membuat hubungan (link) ke berbagai sumber belajar yang sesuai, serta yang bisa diakses secara online. Ini dimaksudkan untuk meningkatkan kuantitas dan memperluas kesempatan berkomunikasi antara pengajar dengan peserta didik secara timbal balik. Dialog atau komunikasi tersebut adalah untuk keperluan berdiskusi, berkonsultasi, maupun untuk mahasiswa bekerja secara kelompok. Komunikasi timbal balik bisa dilakukan antar sesama mahasiswa, mahasiswa dengan dosennya atau dengan kelompok mahasiswa. (Suryadi, 2007).

 

 

E.  Keuntungan Memanfaatkan Pembelajaran Berbasis Elektronik.

Dengan adanya model pembelajaran e-learning berbasis web, maka di sekolah atau kampus akan tersedia bahan ajar yang telah divalidasi sesuai dengan bidangnya sehingga setiap pembelajaran di jurusan secara keseluruhan akan semakin efektif dan efisien. Selain itu pengembangan isi pembelajaran akan sesuai dengan pokok-pokok bahasan, juga sebagai pedoman praktis implementasi pembelajaran sesuai dengan kondisi dan karakteristik pembelajaran. Manfaat yang lain adalah akan menumbuhkan sikap kerjasama antar civitas akademika, pengajar, peserta didik, maupun bagian IT (Indah, 2017).

Secara lebih rinci, manfaat e-Learning dapat dilihat dari 2 sudut, yaitu dari sudut peserta didik dan guru:

1.      Dari Sudut Peserta Didik

Dengan kegiatan e-Learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi. Artinya, peserta didik dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang. Peserta didik juga dapat berkomunikasi dengan guru/dosen setiap saat. Dengan kondisi yang demikian ini, peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran. Manakala fasilitas infrastruktur tidak hanya tersedia di daerah perkotaan tetapi telah menjangkau daerah kecamatan dan pedesaan, maka kegiatan e-Learning akan memberikan manfaat kepada peserta didik yang:

a.    Belajar di sekolah sekolah kecil di daerah-daerah miskin untuk mengikuti mata pelajaran tertentu yang tidak dapat diberikan oleh sekolahnya.

b.    Mengikuti program pendidikan keluarga di rumah (home schoolers) untuk mempelajarii materi pembelajaran yang tidak dapat diajarkan oleh para orangtuanya, seperti bahasa asing dan keterampilan di bidang komputer.

c.    Merasa phobia dengan sekolah, atau peserta didik yang dirawat di rumah sakit maupun di rumah, yang putus sekolah tetapi berminat melanjutkan pendidikannya, yang dikeluarkan oleh sekolah, maupun peserta didik yang berada di berbagai daerah atau bahkan yang berada di luar negeri.

d.    Tidak tertampung di sekolah konvensional untuk mendapatkan pendidikan.

2.      Dari Sudut Guru/Dosen

Dengan adanya kegiatan e-Learning beberapa manfaat yang diperoleh antara lain adalah bahwa guru/dosen/ instruktur dapat:

a.    Lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung-jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi.

b.    Mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena waktu luang yang dimiliki relatif lebih banyak.

c.    Mengontrol kegiatan belajar peserta didik. Bahkan guru/dosen/instruktur juga dapat mengetahui kapan peserta didiknya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik dipelajari, serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang.

d.    Mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari topik tertentu.

e.    Memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepada peserta didik.

Manfaat pembelajaran elektronik menurut A. W. Bates terdiri atas 4 hal:

1.    Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity).

Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dengan guru/instruktur, antara sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dengan bahan belajar (enhance interactivity). Berbeda halnya dengan pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi. Karena pada pembelajaran yang bersifat konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat terbatas. Biasanya kesempatan yang terbatas ini juga cenderung didominasi oleh beberapa peserta didik yang cepat tanggap dan berani.

2.    Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).

Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja. Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan pembelajaran, dapat diserahkan kepada guru/dosen/instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu menunggu sampai ada janji untuk bertemu dengan guru/instruktur.Peserta didik tidak terikat ketat dengan waktu dan tempat penyelenggaraan kegiatan pembelajaran sebagaimana halnya pada pendidikan konvensional.

 

 

3.    Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas.

Dengan fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang dapat dijangkau melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih banyak atau meluas. Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar. Interaksi dengan sumber belajar dilakukan melalui internet. Kesempatan belajar benar-benar terbuka lebar bagi siapa saja yang membutuhkan.

4.    Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran.

Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak yang terus berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan mudah. Di samping itu, penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran dapat pula dilakukan, baik yang didasarkan atas umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil penilaian guru/dosen/ instruktur selaku penanggung-jawab atau pembina materi pembelajaran itu sendiri (Adawi, 2014).


 

BAB III

PENUTUP

Simpulan

Keberhasilan e-learning ditunjang oleh adanya interaksi maksimal antara pendidik dan peserta didik, antara peserta didik dengan berbagai fasilitas pendidikan, antara peserta didik dengan pengan peserta didik lainnya, dan adanya pola pembelajaran aktif dalam interaksi tersebut. Apabila pembelajaran bebasis pada web, maka diperlukan adanya pusat kegiatan peserta didik, interaksi antar kelompok, administrasi penunjang sistem, pendalaman materi, ujian, dan materi online. Dari sisi teknologi informasi; internet memungkinkan perombakan total konsep-konsep pembelajaran yang selama ini berlaku.

Teknologi informasi dan telekomunikasi yang murah dan mudah akan menghilangkan batasan ruang dan waktu yang selama ini membatasi dunia pendidikan. Beberapa konsekuensi logis yang terjadi antara lain yaitu:

1.    Peserta didik dapat dengan mudah mengambil materi pembelajaran dimanapun tanpa terbatas lagi pada batasan tempat dan waktu.

2.    Peserta didik dapat dengan mudah berguru dan berdiskusi dengan para tenaga ahli atau pakar di bidang yang diminatinya.

3.    Materi pembelajaran bahkan dapat dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia tanpa tergantung pada dimana mahasiswa belajar. Berbagai peluang tersebut masih menghadapi tantangan baik dari biaya, kesiapan infrastuktur teknologi informasi, masyarakat, dan peraturan yang mendukung terhadap kelangsungan e-learning.

DAFTAR PUSTAKA

Adawi, Rabiah. 2014. Pembelajaran Berbasis e-Learning. Universitas Negeri Medan: Fakultas Bahasa dan Seni.

Budi Kudwadi & Dedy Suryadi. 2007. Pengembangan Kerangka Model E-Learning dalam Pembelajaran Teknologi dan Kejuruan. Jurnal Pendidikan Teknologi Kejuruan. 4(11). Hlm. 7-10.

Dahiya, S., Jaggi, S., Chaturvedi, K.K., Bhardwaj, A., Goyal, R.C. and Varghese, C. 2016. An eLearning System for Agricultural Education. Indian Research Journal of Extension Education. 12(3). Hlm. 132-135.

Hartanto, Wiwin. 2016. Penggunaan e-Learning Sebagai Media Pembelajaran. UNEJ: FKIP.

Indah Purnama Sari. 2017. Implementasi Pembelajaran Berbasis E-Learning Menggunakan Claroline. Research and Development Journal Of Education. 4(1). Hlm. 75-87

Soekartawi. 2003. E-Learning di Indonesia dan Prospeknya di Masa Mendatang. Makalah disampaikan diseminar nasional di Universitas Petra, Surabaya, 3 Februari 2003.

Sudaryanto, Dwi Heri. 2010. Proses Pembelajaran Melalui Media Elektronik (e-Learning). Forum Diklat. 2(1).

 

 Hlm. 66-71.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH PROSES KEPUTUSAN INOVASI

  MAKALAH PROSES KEPUTUSAN INOVASI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Inov a...