Kamis, 10 Desember 2020

RESUME Memori Jangka Panjang (Long-Term Memory)

 

I.     RINGKASAN

Memori merupakan salah satu kegiatan kognitif yang sangat penting. Memori berhubungan erat dengan banyak proses kognitif. Psikolog membagi memori menjadi dua dasar kategori yang disebut working memory (memori singkat) dan memori jangka panjang. Pada memori singkat informasi yang ingin dipertahankan dapat hilang dari memori setelah kurang dari satu menit (memorinya rapuh). Sedangkan pada memori jangka panjang pengalaman dan informasi dapat dipertahankan selama beberapa dekade (memiliki kapasitas besar).

A.      Pengkodean dalam Memori Jangka Panjang

        Psikolog membagi memori jangka panjang ke dalam tiga kategori, yaitu memori episodik, memori semantik, dan memori prosedural. Memori episodik memungkinkan kita melakukan perjalanan mundur dalam waktu subyektif, misalnya memori peristiwa yang terjadi 10 tahun yang lalu. Ringkasan ini berfokus pada materi episodik. Memori sematik menggambarkan pengetahuan terorganisir tentang kata-kata dan informasi faktual dunia, misalnya mengetahui bahwa Ottawa adalah ibu kota Kanada. Memori prosedural mengacu pada pengetahuan tentang bagaimana cara menggunakan suatu benda, misalnya, kita tahu cara mengendarai sepeda dan cara mengirim email ke teman.

1.    Tingkat Pemrosesan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya orang dapat mencapai tingkat pemrosesan yang lebih dalam ketika mereka mengekstrasi lebih banyak makna dari stimulus (dapat mengingat rangsangan lebih akurat). Pemrosesan mendalam dari komunikasi verbal umumnya menghasilkan daya ingat yang lebih baik daripada pemrosesan dangkal yang melalui komunikasi nonverbal.

Tingkat pemrosesan yang dalam mendorong ingatan yang lebih akurat karena kekhasan dan elaborasi. Kekhasan berarti bahwa suatu stimulus memiliki jejak yang berbeda dari ingatan lain, misalnya ketika mewawancarai orang kita akan mencoba mencari tahu sesuatu yang tidak biasa tentang namanya. Elaborasi berarti membutuhkan banyak pemrosesan dalam hal makna dan konsep yang saling berhubungan, misalnya ketika kita baru saja melihat bebek di kolam dan menu restoran mencantumkan bebek panggang. Pengkodean semantik semacam ini mendorong kuatnya pemrosesan. Penelitian menunjukkan bahwa pemrosesan dalam juga meningkatkan memori kita untuk wajah. Misalnya, orang lebih banyak mengenali foto wajah jika sebelumnya menilai apakah orang tersebut terlihat jujur, daripada penilaian dangkal karakteristik, seperti lebar hidung seseorang. Orang-orang juga mengingat wajah lebih baik jika mereka diperintahkan untuk memperhatikan perbedaan antara wajah.

Penelitian tentang efek referensi diri menunjukkan bahwa tipikal ingatan kita lebih akurat jika kita menghubungkan rangsangan dengan pengalaman pribadi kita sendiri. Untuk mendapatkan penilaian valid dari efek referensi-diri, rangsangan harus diklasifikasikan dalam hal aktivitas mental aktual peserta, bukan dalam ketentuan instruksi eksperimen.

2.    Efek dari Konteks: Prinsip Pengkodean-Spesifisitas

Efek rujukan diri lebih efektif karena beberapa alasan:

a)    karena diri sendiri adalah sumber isyarat ingatan yang kaya,

b)   karena petunjuk rujukan mendorong orang berpikir tentang bagaimana karakteristik mereka sendiri saling terkait,

c)    karena referensi diri meningkatkan orang banyak berlatih dan kompleks.

Menurut efek pengkodean-spesifik, ingatan kita lebih akurat jika konteks selama pengambilan mirip dengan konteks selama pengkodean. Efek pengkodean-kekhususan paling mungkin beroperasi dalam situasi tertentu:

a)    ketika memori diuji dengan mengingat bukan pengakuan,

b)   ketika peristiwa tersebut dipelajari di kehidupan nyata,

c)    ketika peristiwa aslinya terjadi lama,

d)   ketika konteks mental ditekankan.

Pengkodean spesifisitas dapat memodifikasi efek kedalaman pemrosesan.

3.    Emosi, Mood, dan Memory

Penelitian tentang pengaruh emosi dan suasana hati pada ingatan menunjukkan bahwa:

a)    orang umumnya mengingat lebih akurat rangsangan yang menyenangkan daripada rangsangan yang tidak menyenangkan;

b)   orang mengingat lebih banyak informasi jika mereka melihat materi selama presentasi dengan media yang menyenangkan, daripada presentasi media yang keras;

c)    kenangan yang tidak menyenangkan lebih besar kemungkinannya daripada kenangan yang menyenangkan untuk tumbuh netral seiring berjalannya waktu.

Memori lebih akurat ketika materi yang akan dipelajari adalah kongruen dengan suasana hati seseorang saat ini (mood congruence).

B.       Pengambilan dalam Memori Jangka Panjang

1.    Tugas Memori Eksplisit vs. Implisit

Tugas memori-eksplisit menginstruksikan peserta untuk mengingat atau mengenali informasi. Sebaliknya, tugas memori-implisit mengharuskan peserta untuk melakukan tugas kognitif, seperti menyelesaikan kata yang memiliki huruf yang hilang. Penelitian menunjukkan bahwa kedalaman pemrosesan biasanya memiliki dampak besar pada suatu tugas memori eksplisit, tetapi tidak berpengaruh pada tugas memori implisit.

2.    Perbedaan Individu: Gangguan Kecemasan dan Kinerja pada Tugas Memori Eksplisit dan Implisit

Orang yang memiliki gangguan kecemasan serupa dengan orang lain dalam ingatannya untuk kata-kata kecemasan lebih tinggi pada tugas memori implisit dan tugas pengakuan eksplisit. Namun, mereka sebenarnya mengingat lebih banyak kata-kata kecemasan yang tinggi daripada orang lain.

3.    Individu dengan Amnesia

Individu dengan amnesia retrograde mengalami kesulitan mengingat peristiwa itu terjadi sebelum kerusakan otak. Individu dengan amnesia anterograde mengalami kesulitan mengingat peristiwa itu terjadi setelah kerusakan otak. Mereka mungkin hampir tidak ingat apa-apa pada tes memori eksplisit; Namun, pada tes memori implisit, mereka biasanya melakukan seakurat orang tanpa kerusakan otak.

4.    Keahlian

Keahlian memiliki efek penting pada memori jangka panjang, meskipun keahlian tersebut pada konteks khusus. Dibandingkan pemula, para ahli memiliki kelebihan kognitif sebagai struktur pengetahuan yang terorganisasi dengan baik dan gambar visual yang jelas. Menurut penelitian tentang orang etnis, orang lebih akurat dalam mengenali wajah-wajah dari kelompok etnis mereka sendiri, karena sebagian keahlian mereka yaitu membuat wajah-wajah tersebut lebih khas.

C.      Memori Otobiografi

1.    Skema dan Memori Autobiografis

Penelitian tentang memori otobiografi biasanya memiliki validitas ekologis yang tinggi. Penelitian ini menunjukkan bahwa ingatan kita biasanya akurat, meskipun kita mungkin membuat kesalahan pada beberapa hal yang detail, dan kita dapat menggabungkan informasi dari acara yang berbeda. Skema memori mendorong kita untuk membuat beberapa kesalahan dalam mengingat peristiwa. Selain itu, kita dapat mengungkapkan konsistensi dengan melebih-lebihkan kesamaan antara skema diri kita saat ini dan karakteristik kita sebelumnya.

2.    Pemantauan Sumber dan Pemantauan Realitas

Penelitian tentang pemantauan sumber menunjukkan bahwa kita mungkin mengalami kesulitan dalam memutuskan tempat kita mempelajari beberapa informasi. Penelitian tentang pemantauan realitas menunjukkan bahwa kita mungkin mengalami kesulitan dalam memutuskan apakah sesuatu itu benar-benar terjadi, dengan alih-alih membayangkannya.

3.    Memori Flashbulb

Memori flashbulb alias “kenangan lampu kilat”, istilah ini digunakan untuk menggambarkan kenangan-kenangan pertama sebagai manusia. Memori ini kaya dengan informasi, dan sering diyakini keakuratannya. Namun, bahkan ingatan kita untuk tragedi nasional sangat tidak akurat.

4.    Kesaksian Saksi Mata

Dalam kesaksian saksi mata, efek misinformasi pasca peristiwa dapat terjadi jika informasi yang menyesatkan diperkenalkan setelah saksi melihat suatu peristiwa. Penelitian ini konsisten dengan pendekatan konstruktivis terhadap memori. Kesalahan dalam memori saksi mata lebih mungkin jika kejahatan terjadi selama keadaan yang penuh tekanan, jika saksi mengamati suatu peristiwa dahulu kala, jika informasi yang salah itu masuk akal, jika tekanan sosial diterapkan, atau jika umpan balik positif diberikan kepada saksi mata. Kepercayaan diri seorang saksi mata tidak berkorelasi kuat dengan akurasi memorinya.

5.    Kontroversi Memori-Memori / Memori-Palsu

Kedua sisi dari kontroversi memori yang dipulihkan atau memori palsu setidaknya sebagian benar. Beberapa orang mungkin memang melupakan masa kecil yang menyakitkan memori, mengingatnya bertahun-tahun kemudian. Orang rupanya membangun ingatan pelecehan yang tidak pernah benar-benar terjadi, dan orang masih terus memiliki memori akurat untuk pelecehan, bertahun-tahun sesudahnya.

II.      Penerapan Teori Memori Jangka Panjang dalam Pembelajaran Fisika

Memori jangka panjang memiliki kapasitas yang sangat besar dan mampu menyimpan informasi dalam waktu yang lama. Tidak sulit membuat informasi yang kita dapatkan masuk ke dalam memori jangka panjang. Lebih dulu kita harus menaruh perhatian yang mendalam terhadap suatu informasi, kemudian mengulang informasi tersebut dengan mengaplikasikan secara nyata apabila masih memungkinkan untuk dipraktikkan. Misalnya fakta dalam (rumus fisika) yang berkaitan dengan hukum Ohm yaitu (V = I.R), maka kita harus memperbanyak mengerjakan latihan soal yang berkaitan dengan rumus tersebut.

Di samping itu bisa juga yang berkaitan dengan konsep fisika seperti prinsip kerja alat optik yang memungkinkan untuk dilakukan percobaan mendemonstrasikan prinsip kerja dari lup, mikroskop maupun kamera dengan alat dan bahan yang sederhana (lensa dan bangku optik), atau membuat teropong dari karton yang didalamnya dipasangkan 2 buah lensa positif yang disesuaikan jaraknya agar dapat digunakan untuk melihat benda-benda yang jauh sebagaimana fungsinya. Dengan pernah mengalaminya secara nyata, maka informasi yang kita dapat dari indera akan jauh lebih lama disimpan di dalam memori, yaitu tersimpan di dalam memori jangka panjang. Hal pengulangan di atas dikenal sebagai latihan pemeliharaan.

Selanjutnya cara lain dikenal dengan sebutan latihan elaboratif, menghubungkan informasi yang diterima dengan informasi yang sudah ada di dalam memori jangka panjang yang sebelumnya sudah diketahui atau menambah makna kepada informasi baru dengan mengkoneksikannya terhadap pengetahuan yang sudah ada. Contohnya: sekarang ini sebagai mahasiswa fisika, kita mendapatkan informasi tambahan mengenai pemantulan dan pembiasan pada bidang sferis khusunya penggunaan metode Gauss dan metode Newton dalam menentukan letak bayangan. Dan sebelumnya di SMP maupun SMA kita pernah mendapatkan materi pemantulan pada cermin dan pembiasan pada lensa. Materi yang pernah didapatkan dulu itu, akan digunakan sebagai penunjang bagi infomasi baru saat ini agar lebih mudah diserap dan dipahami sehingga akan masuk ke memori jangka panjang.

Hal penting dalam memori episodik adalah gambaran (bayangan), isyarat yang berhubungan dengan ruang dan waktu membantu kita memanggil kembali informasi dari bagian memori ini. Contohnya saat kita belajar mengenai sifat atau karakteristik dari lensa cembung yaitu mengumpulkan cahaya (konvergen), saat waktu siang dengan panas yang terik kita disuruh keluar kelas secara berkelompok dengan setiap kelompok memegang 2 buah lensa cembung. Mereka ditugaskan untuk memperlihatkan sifat konvergen lensa positif tersebut. Yaitu dengan memfokuskan sinar-sinar yang datang dari cahaya matahari. Indikator bahwa mereka berhasil adalah terbakarnya kertas yang ada di bawah lensa. Konsep ini akan tersimpan di bagian memori episodik karena konsep fisika di atas diingat melalui gambaran kapan dan di mana pelajaran fisika tersebut berlangsung.

Memori semantik diorganisasikan dengan cara yang sangat berbeda. Yaitu secara mental ke dalam jaringan gagasan-gagasan yang saling tersambung atau saling berkaitan yang disebut skemata. Memori prosedural adalah kemampuan mengingat kembali cara melakukan sesuatu, khususnya tugas fisik dan disimpan ke dalam serangkaian pasangan stimulus-respon. Contohnya ketika kita melakukan praktikum yang bertujuan membandingkan percepatan pada bidang datar dengan bidang miring. Memori prosedural menekankan pada bagaimana melakukan sesuatu atau yang berkaitan dengan proses. Dengan kita telah melakukan praktikum di atas, kita akan mengingat langkah-langkah dari awal hingga akhir praktikum untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Sehingga dengan proses yang bertahap, kita akan mampu mengulang praktikum tersebut pada beberapa tahun kemudian tanpa belajar. Serta dapat membedakan dengan jelas bahwa percepatan akan lebih besar pada saat benda meluncur dari bidang miring. Sehingga kemungkinan dalam kehidupan sehari-hari, kita akan menurunkan kecepatan dan berhati-hati saat berada di jalan pegunungan.

 

III.   DAFTAR PUSTAKA

Matlin, Margaret W. 1994. Cognitive. New York: Ted Buchholz.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH PROSES KEPUTUSAN INOVASI

  MAKALAH PROSES KEPUTUSAN INOVASI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Inov a...