I.
RINGKASAN
Memori merupakan salah satu kegiatan
kognitif yang sangat penting. Memori berhubungan erat dengan banyak proses
kognitif. Psikolog membagi memori menjadi dua dasar kategori yang disebut working
memory (memori singkat) dan memori jangka panjang. Pada memori singkat
informasi yang ingin dipertahankan dapat hilang dari memori setelah kurang dari
satu menit (memorinya rapuh). Sedangkan pada memori jangka panjang pengalaman
dan informasi dapat dipertahankan selama beberapa dekade (memiliki kapasitas
besar).
A. Pengkodean dalam Memori Jangka Panjang
Psikolog membagi memori jangka panjang ke dalam tiga kategori, yaitu memori episodik, memori semantik, dan memori prosedural. Memori episodik memungkinkan kita melakukan perjalanan mundur dalam waktu subyektif, misalnya memori peristiwa yang terjadi 10 tahun yang lalu. Ringkasan ini berfokus pada materi episodik. Memori sematik menggambarkan pengetahuan terorganisir tentang kata-kata dan informasi faktual dunia, misalnya mengetahui bahwa Ottawa adalah ibu kota Kanada. Memori prosedural mengacu pada pengetahuan tentang bagaimana cara menggunakan suatu benda, misalnya, kita tahu cara mengendarai sepeda dan cara mengirim email ke teman.
1.
Tingkat
Pemrosesan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya orang
dapat mencapai tingkat pemrosesan yang lebih dalam ketika mereka mengekstrasi
lebih banyak makna dari stimulus (dapat mengingat rangsangan lebih akurat). Pemrosesan
mendalam dari komunikasi verbal umumnya menghasilkan daya ingat yang lebih baik
daripada pemrosesan dangkal yang melalui komunikasi nonverbal.
Tingkat pemrosesan yang dalam mendorong ingatan yang lebih akurat
karena kekhasan dan elaborasi. Kekhasan berarti bahwa suatu stimulus memiliki
jejak yang berbeda dari ingatan lain, misalnya ketika mewawancarai orang kita
akan mencoba mencari tahu sesuatu yang tidak biasa tentang namanya. Elaborasi
berarti membutuhkan banyak pemrosesan dalam hal makna dan konsep yang saling
berhubungan, misalnya ketika kita baru saja melihat bebek di kolam dan menu
restoran mencantumkan bebek panggang. Pengkodean semantik semacam ini mendorong
kuatnya pemrosesan. Penelitian menunjukkan bahwa pemrosesan dalam juga
meningkatkan memori kita untuk wajah. Misalnya, orang lebih banyak mengenali
foto wajah jika sebelumnya menilai apakah orang tersebut terlihat jujur,
daripada penilaian dangkal karakteristik, seperti lebar hidung seseorang.
Orang-orang juga mengingat wajah lebih baik jika mereka diperintahkan untuk
memperhatikan perbedaan antara wajah.
Penelitian tentang efek referensi diri menunjukkan bahwa tipikal
ingatan kita lebih akurat jika kita menghubungkan rangsangan dengan pengalaman
pribadi kita sendiri. Untuk mendapatkan penilaian valid dari efek
referensi-diri, rangsangan harus diklasifikasikan dalam hal aktivitas mental
aktual peserta, bukan dalam ketentuan instruksi eksperimen.
2.
Efek dari
Konteks: Prinsip Pengkodean-Spesifisitas
Efek rujukan diri lebih efektif karena beberapa alasan:
a)
karena diri
sendiri adalah sumber isyarat ingatan yang kaya,
b)
karena petunjuk
rujukan mendorong orang berpikir tentang bagaimana karakteristik mereka sendiri
saling terkait,
c)
karena
referensi diri meningkatkan orang banyak berlatih dan kompleks.
Menurut efek
pengkodean-spesifik, ingatan kita lebih akurat jika konteks selama pengambilan
mirip dengan konteks selama pengkodean. Efek pengkodean-kekhususan paling
mungkin beroperasi dalam situasi tertentu:
a)
ketika memori
diuji dengan mengingat bukan pengakuan,
b)
ketika peristiwa
tersebut dipelajari di kehidupan nyata,
c)
ketika
peristiwa aslinya terjadi lama,
d)
ketika konteks
mental ditekankan.
Pengkodean
spesifisitas dapat memodifikasi efek kedalaman pemrosesan.
3.
Emosi, Mood,
dan Memory
Penelitian tentang pengaruh emosi dan suasana hati pada ingatan
menunjukkan bahwa:
a)
orang umumnya
mengingat lebih akurat rangsangan yang menyenangkan daripada rangsangan yang tidak
menyenangkan;
b)
orang mengingat
lebih banyak informasi jika mereka melihat materi selama presentasi dengan media
yang menyenangkan, daripada presentasi media yang keras;
c)
kenangan yang
tidak menyenangkan lebih besar kemungkinannya daripada kenangan yang
menyenangkan untuk tumbuh netral seiring berjalannya waktu.
Memori lebih
akurat ketika materi yang akan dipelajari adalah kongruen dengan suasana hati
seseorang saat ini (mood congruence).
B.
Pengambilan dalam Memori Jangka Panjang
1.
Tugas Memori Eksplisit vs. Implisit
Tugas memori-eksplisit menginstruksikan peserta untuk mengingat atau mengenali
informasi. Sebaliknya, tugas memori-implisit mengharuskan peserta untuk
melakukan tugas kognitif, seperti menyelesaikan kata yang memiliki huruf yang
hilang. Penelitian menunjukkan bahwa kedalaman pemrosesan biasanya memiliki
dampak besar pada suatu tugas memori eksplisit, tetapi tidak berpengaruh pada
tugas memori implisit.
2.
Perbedaan Individu: Gangguan Kecemasan dan Kinerja pada Tugas
Memori Eksplisit dan Implisit
Orang yang memiliki gangguan kecemasan
serupa dengan orang lain dalam ingatannya untuk kata-kata kecemasan lebih tinggi
pada tugas memori implisit dan tugas pengakuan eksplisit. Namun, mereka
sebenarnya mengingat lebih banyak kata-kata kecemasan yang tinggi daripada
orang lain.
3.
Individu dengan Amnesia
Individu dengan amnesia retrograde mengalami
kesulitan mengingat peristiwa itu terjadi sebelum kerusakan otak. Individu
dengan amnesia anterograde mengalami kesulitan mengingat peristiwa itu terjadi
setelah kerusakan otak. Mereka mungkin hampir tidak ingat apa-apa pada tes
memori eksplisit; Namun, pada tes memori implisit, mereka biasanya melakukan
seakurat orang tanpa kerusakan otak.
4.
Keahlian
Keahlian
memiliki efek penting pada memori jangka panjang, meskipun keahlian tersebut
pada konteks khusus. Dibandingkan pemula, para ahli memiliki kelebihan kognitif
sebagai struktur pengetahuan yang terorganisasi dengan baik dan gambar visual
yang jelas. Menurut penelitian tentang orang etnis, orang lebih akurat dalam
mengenali wajah-wajah dari kelompok etnis mereka sendiri, karena sebagian keahlian
mereka yaitu membuat wajah-wajah tersebut lebih khas.
C.
Memori Otobiografi
1.
Skema dan Memori Autobiografis
Penelitian tentang memori otobiografi
biasanya memiliki validitas ekologis yang tinggi. Penelitian ini menunjukkan
bahwa ingatan kita biasanya akurat, meskipun kita mungkin membuat kesalahan
pada beberapa hal yang detail, dan kita dapat menggabungkan informasi dari
acara yang berbeda. Skema memori mendorong kita untuk membuat beberapa
kesalahan dalam mengingat peristiwa. Selain itu, kita dapat mengungkapkan
konsistensi dengan melebih-lebihkan kesamaan antara skema diri kita saat ini
dan karakteristik kita sebelumnya.
2.
Pemantauan Sumber dan Pemantauan Realitas
Penelitian tentang pemantauan sumber
menunjukkan bahwa kita mungkin mengalami kesulitan dalam memutuskan tempat kita
mempelajari beberapa informasi. Penelitian tentang pemantauan realitas
menunjukkan bahwa kita mungkin mengalami kesulitan dalam memutuskan apakah
sesuatu itu benar-benar terjadi, dengan alih-alih membayangkannya.
3.
Memori Flashbulb
Memori flashbulb alias “kenangan lampu kilat”, istilah ini digunakan
untuk menggambarkan kenangan-kenangan pertama sebagai manusia. Memori ini kaya
dengan informasi, dan sering diyakini keakuratannya. Namun, bahkan ingatan kita
untuk tragedi nasional sangat tidak akurat.
4.
Kesaksian Saksi Mata
Dalam kesaksian saksi mata, efek misinformasi pasca peristiwa dapat
terjadi jika informasi yang menyesatkan diperkenalkan setelah saksi melihat
suatu peristiwa. Penelitian ini konsisten dengan pendekatan konstruktivis
terhadap memori. Kesalahan dalam memori saksi mata lebih mungkin jika kejahatan
terjadi selama keadaan yang penuh tekanan, jika saksi mengamati suatu peristiwa
dahulu kala, jika informasi yang salah itu masuk akal, jika tekanan sosial
diterapkan, atau jika umpan balik positif diberikan kepada saksi mata.
Kepercayaan diri seorang saksi mata tidak berkorelasi kuat dengan akurasi
memorinya.
5.
Kontroversi Memori-Memori / Memori-Palsu
Kedua sisi dari kontroversi memori yang dipulihkan atau memori palsu
setidaknya sebagian benar. Beberapa orang mungkin memang melupakan masa kecil
yang menyakitkan memori, mengingatnya bertahun-tahun kemudian. Orang rupanya
membangun ingatan pelecehan yang tidak pernah benar-benar terjadi, dan orang masih
terus memiliki memori akurat untuk pelecehan, bertahun-tahun sesudahnya.
II.
Penerapan Teori Memori Jangka Panjang dalam Pembelajaran Fisika
Memori jangka panjang memiliki kapasitas yang sangat besar dan
mampu menyimpan informasi dalam waktu yang lama. Tidak sulit membuat informasi
yang kita dapatkan masuk ke dalam memori jangka panjang. Lebih dulu kita harus
menaruh perhatian yang mendalam terhadap suatu informasi, kemudian mengulang
informasi tersebut dengan mengaplikasikan secara nyata apabila masih
memungkinkan untuk dipraktikkan. Misalnya fakta dalam (rumus fisika) yang
berkaitan dengan hukum Ohm yaitu (V = I.R), maka kita harus memperbanyak
mengerjakan latihan soal yang berkaitan dengan rumus tersebut.
Di samping itu bisa juga yang berkaitan dengan konsep fisika
seperti prinsip kerja alat optik yang memungkinkan untuk dilakukan percobaan
mendemonstrasikan prinsip kerja dari lup, mikroskop maupun kamera dengan alat
dan bahan yang sederhana (lensa dan bangku optik), atau membuat teropong dari
karton yang didalamnya dipasangkan 2 buah lensa positif yang disesuaikan
jaraknya agar dapat digunakan untuk melihat benda-benda yang jauh sebagaimana
fungsinya. Dengan pernah mengalaminya secara nyata, maka informasi yang kita
dapat dari indera akan jauh lebih lama disimpan di dalam memori, yaitu
tersimpan di dalam memori jangka panjang. Hal pengulangan di atas dikenal
sebagai latihan pemeliharaan.
Selanjutnya cara lain dikenal dengan sebutan latihan elaboratif,
menghubungkan informasi yang diterima dengan informasi yang sudah ada di dalam
memori jangka panjang yang sebelumnya sudah diketahui atau menambah makna
kepada informasi baru dengan mengkoneksikannya terhadap pengetahuan yang sudah
ada. Contohnya: sekarang ini sebagai mahasiswa fisika, kita mendapatkan
informasi tambahan mengenai pemantulan dan pembiasan pada bidang sferis
khusunya penggunaan metode Gauss dan metode Newton dalam menentukan letak
bayangan. Dan sebelumnya di SMP maupun SMA kita pernah mendapatkan materi
pemantulan pada cermin dan pembiasan pada lensa. Materi yang pernah didapatkan
dulu itu, akan digunakan sebagai penunjang bagi infomasi baru saat ini agar
lebih mudah diserap dan dipahami sehingga akan masuk ke memori jangka panjang.
Hal penting dalam memori episodik adalah gambaran (bayangan), isyarat yang
berhubungan dengan ruang dan waktu membantu kita memanggil kembali informasi
dari bagian memori ini. Contohnya saat kita belajar mengenai sifat atau
karakteristik dari lensa cembung yaitu mengumpulkan cahaya (konvergen), saat
waktu siang dengan panas yang terik kita disuruh keluar kelas secara
berkelompok dengan setiap kelompok memegang 2 buah lensa cembung. Mereka
ditugaskan untuk memperlihatkan sifat konvergen lensa positif tersebut. Yaitu
dengan memfokuskan sinar-sinar yang datang dari cahaya matahari. Indikator
bahwa mereka berhasil adalah terbakarnya kertas yang ada di bawah lensa. Konsep
ini akan tersimpan di bagian memori episodik karena konsep fisika di atas
diingat melalui gambaran kapan dan di mana pelajaran fisika tersebut
berlangsung.
Memori semantik diorganisasikan dengan cara yang sangat berbeda. Yaitu
secara mental ke dalam jaringan gagasan-gagasan yang saling tersambung atau
saling berkaitan yang disebut skemata. Memori prosedural adalah kemampuan
mengingat kembali cara melakukan sesuatu, khususnya tugas fisik dan disimpan ke
dalam serangkaian pasangan stimulus-respon. Contohnya ketika kita melakukan
praktikum yang bertujuan membandingkan percepatan pada bidang datar dengan
bidang miring. Memori prosedural menekankan pada bagaimana melakukan sesuatu
atau yang berkaitan dengan proses. Dengan kita telah melakukan praktikum di
atas, kita akan mengingat langkah-langkah dari awal hingga akhir praktikum
untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Sehingga dengan proses yang bertahap, kita
akan mampu mengulang praktikum tersebut pada beberapa tahun kemudian tanpa
belajar. Serta dapat membedakan dengan jelas bahwa percepatan akan lebih besar
pada saat benda meluncur dari bidang miring. Sehingga kemungkinan dalam
kehidupan sehari-hari, kita akan menurunkan kecepatan dan berhati-hati saat
berada di jalan pegunungan.
III.
DAFTAR PUSTAKA
Matlin,
Margaret W. 1994. Cognitive. New
York: Ted Buchholz.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar