MAKALAH
MENILAI
LOGIKA
DAN PENALARAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran Fisika
Dosen
Pengampu :
1. Prof. Dr. Ani Rusilowati, M.Pd.
2. Dr.
Bambang Subali, M.Pd.
Disusun
oleh :
Ummi Nuzulul Fitroh (0403519002)
Adina Widi Astuti (0403519003)
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
2020
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pencarian pengetahuan yang benar
harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah hukum, yaitu berdasarkan logika.
Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan penalaran dan pengetahuan
yang benar dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah. Pencarian
kesimpulan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah hukum,
yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan
pengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat dijadikan 2 jenis
penalaran, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran
deduktif bertolak dari sebuah konklusi
atau simpulan yang didapat dari satu atau lebih pertanyaan yang lebih umum yang
dapat dilakukan secara langsung dan dapat dilakukan secara tidak langsung. Penalaran
induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan yang bertolak dari
pernyataan-pertanyaan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum. Oleh
karena itu, simpulan yang diperoleh atau tidak lebih khusus daripada pernyataan
(premis).
Dengan demikian, untuk mendapatkan
pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama
dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu wujud penelitian ilmiah yang
menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud penalaran?
2. Apa
yang dimaksud dengan penalaran
deduktif dan induktif?
3. Apa yang dimaksud kesalahan penalaran?
4. Bagaimanakah cara membuat atau mengevaluasi kesimpulan
deduktif?
5. Bagaimanakah cara membuat atau mengevaluasi kesimpulan
induktif?
6. Bagaimanakah penggunaan hasil
formatif dan summatif?
C.
Tujuan
1. Memahami
penalaran.
2. Memahami
penalaran Deduktif dan Induktif.
3. Memahami kesalahan
penalaran.
4. Mengetahui cara membuat atau mengevaluasi kesimpulan
deduktif.
5. Mengetahui cara membuat atau mengevaluasi kesimpulan
induktif.
6. Memahami penggunaan hasil formatif
dan summatif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penalaran
Penalaran adalah suatu
proses berpikir manusia untuk menghubungkan data atau fakta yang ada sehingga
sampai pada suatu simpulan. Data atau fakta yang akan dinalar itu boleh benar
dan boleh tidak benar. Di sinilah letaknya kerja penalaran. Orang akan menerima
data dan fakta yang benar dan tentu saja akan menolak fakta yang belum jelas
kebenarannya. Data yang dapat dipergunakan dalam penalaran untuk mencapai satu
simpulan ini harus berbentuk kalimat pernyataan. Kalimat pernyataan yang dapat
dipergunakan sebagai data itu disebut proposisi.
Penalaran merupakan
proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indra (pengamatan empirik) yang
menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akan terbentuk proposisi–proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah
proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah
proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut
menalar. Dalam penalaran, proposisi yang
dijadikan dasar penyimpulan disebut Premis
dan hasil kesimpulannya disebut konklusi.
Ciri- ciri penalaran sebagai berikut:
1.
Dilakukan dengan sadar.
2.
Didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui.
3.
Sistematis.
4.
Terarah, bertujuan.
5.
Menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau
sikap yang baru.
6.
Sadar tujuan.
7.
Premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori
yang telah diperoleh.
8.
Pola pemikiran tertentu.
B. Metode Penalaran
Dua jenis metode penalaran yaitu penalaran deduktif dan
induktif :
1. Metode
Deduktif
Metode berpikir deduktif
adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Bernalar secara Deduktif
adalah proses penalaran untuk manarik suatu kesimpulan dari suatu prinsip atau
sikap yang berlaku umum untuk kemudian ditarik kesimpulan yang khusus.
Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal
umum, menuju kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah. Misalnya, siswa pra-aljabar
belajar yang komutatif prinsip untuk penambahan menyatakan a + b = b + a . Karena itu, dengan deduksi, itu harus benar bahwa 6
+ 2 = 2 + 6. Atau dalam sains, misalnya, siswa sekolah dasar belajar bahwa
tanaman membutuhkan air untuk berkembang. Oleh karena itu, Jadi, jika siswa
tidak menyirami biji yang tumbuh, tanaman akan mati. Salah satu fitur menarik
dari deduksi adalah pasti.
Penarikan simpulan
(konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan dapat pula
dilakukan secara tak langsung.
a)
Menarik Simpulan secara
Langsung
Simpulan
(konklusi) secara langsung adalah suatu proses penarikan kesimpulan yang ditarik dari satu premis. Misalnya:
1. Semua
S adalah P. (premis)
Sebagian P adalah
S. (simpulan)
Contoh:
Semua ikan berdarah dingin. (premis)
Sebagian yang berdarah dingin adalah
ikan.
(simpulan)
2. Tidak
satu pun S adalah P. (premis)
Tidak satu pun P adalah
S. (simpulan)
Contoh:
Tidak seekor nyamuk pun adalah lalat. (premis)
Tidak seekor lalat pun adalah nyamuk. (simpulan)
3. Semua
S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Semua rudal adalah senjata berbahaya. (premis)
Tidak satu pun rudal adalah senjata
tidak berbahaya.
(simpulan)
4. Tidak
satu pun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Tidak seekor pun harimau adalah
singa.
(premis)
Semua harimau adalah bukan singa. (simpulan)
5. Semua
S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah
tak-P. (simpulan)
Tidak satu pun tak-P
adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua gajah adalah berbelalai. (premis)
Tak satu pun gajah adalah
takberbelalai. (simpulan)
Tidak satu pun yang takberbelalai adalah gajah. (simpulan)
b)
Menarik Simpulan secara
Tidak Langsung
Penarikan
simpulan secara tidak langsung atau silogisme,
adalah suatu proses penarikan kesimpulan yang memerlukan dua data sebagai data
utamanya. Dari dua data ini, akan dihasilkan sebuah simpulan. Premis yang
pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis
yang bersifat khusus.
Untuk
menarik simpulan secara tidak langsung ini, kita memerlukan suatu premis
(pernyataan dasar) yang bersifat umum (PU) dan premis yang kedua bersifat
khusus (PK). Sebagai umpama:
PU :
Setiap manusia akan mati
PK : Pak ujang adalah manusia
K : Pak ujang akan mati
Hal- hal penting yang harus diperhatikan dalam
penyusunan suatu silogisme adalah sebagai berikut:
1) Silogisme terdiri dari tiga pernyataan.
2) Pernyataan (premis) pertama disebut premis umum.
3) Pernyataan (premis) kedua disebut premis khusus
4) Pernyataan ketiga disebut kesimpulan.
5) Apabila salah satu premisnya negatif, maka
kesimpuulannya pasti negatif.
6) Dua premis negatif tidak dapat menghasilkan
kesimpulan.
7) Dari dua premis khusus tidak dapat ditarik
kesimpulan.
2. Metode
Induktif
Metode berpikir induktif adalah
suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasi pengamatan
empiris dan berakhir pada suatu
kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Contoh:
Ani
bersekolah dengan memakai seragam merah putih
karena masih SD,
Anton
bersekolah dengan memakai
seragam merah putih karena dia masih SD.
Kesimpulan:
Semua
siswa yang masih SD memakai
seragam merah putih saat bersekolah.
Penalaran induktif dilakukan terhadap fakta-fakta khusus untuk kemudian dirumuskan sebuah
kesimpulan. Kesimpulan ini mencakup semua fakta yang khusus. Cara bernalar
induktif juga terbagi kedalam beberapa macam. Yakni:
a) Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang megandalkan beberapa
pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang
bersifat umum. Dari beberapa gejala dan data, kita ragu-ragu mengatakan bahwa “Lulusan sekolah A pintar-pintar.” Hal
ini dapat kita simpulkan setelah beberapa data sebagai pernyataan memberikan
gambaran seperti itu.
Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jadi, jika dipanaskan semua logam
akan memuai.
Benar atau tidak benarnya rumusan
kesimpulan secara generalisasi, itu dapat dilihat dari hal-hal berikut.:
1. Data
itu harus memadai jumlahnya. Semakin banyak data yang dipaparkan, semakin benar
simpulan yang diperoleh.
2. Data
itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama itu akan dihasilkan
simpulan yang benar.
3. Pengecualian perlu
diperhitungkan karena data-data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat
dijadikan data.
Contoh generalisasi yang tidak sahih:
1. Orang garut suka rujak
2. Makan daging dapat menyebabkan
penyakit darah tinggi.
3. Orang malas akan kehilangan banyak
rejeki.
b) Analogi
Analogi
adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang
sama. Contoh:
Nina adalah lulusan akademi A. Nina dapat
menjalankan tugasnya dengan baik. Ali adalah lulusan akademi A. Oleh sebab itu,
Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Tujuan penalaran secara analogi
adalah sebagai berikut.
1. Analogi
dilakukan untuk meramalkan sesuatu.
2. Analogi
dilakukan untuk menyingkap suatu kekeliruan.
3. Analogi
digunakan untuk menyusun klasifikasi.
c) Hubungan
Kausal
Hubungan
kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang memiliki pola
hubungan sebab akibat. Misalnya, tombol ditekan, akibatnya bel berbunyi.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan. Hujan
turun dan jalan-jalan becek. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini,
terdapat tiga pola hubungan kausalitas, yaitu sebagai berikut:
1.
Sebab-Akibat
Sebab-akibat
ini berpola A menyebabkan B. Disamping itu, hubungan ini dapat pula berpola A
menyebabkan B, C, D, dan seterusnya. Jadi, efek dari satu peristiwa yang
dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu. Dalam kaitannya dengan
hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan
simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas
terhadap sebuah akibat yang nyata. Kalau kita melihat sebiji buah mangga
terjatuh dari batangnya, kita akan memperkirakan beberapa kemungkinan
penyebabnya. Mungkin mangga itu ditimpa hujan, mungkin dihempas angin, dan
mungkin pula dilempari anak-anak. Pastilah salah satu kemungkinana itu yang
menjadi penyebabnya.
2.
Akibat-Sebab
Dalam
pola ini kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat. Peristiwa itu
kemudian kita analisis untuk dicari penyebabnya. Contoh: Kemarin pak maman tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli obat. Oleh
karena itu, pasti Pak Maman sedang sakit.
C. Kesalahan Penalaran
Salah nalar dapat terjadi di dalam
proses berpikir untuk mengambil keputusan. Hal ini terjadi karena ada kesalahan
pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih dari kesalahan karena
gagasan, struktur kalimat, dan karena dorongan emosi. Salah nalar ada dua
macam:
1) Salah
nalar induktif, berupa:
a. kesalahan
karena generalisasi yang terlalu luas,
b. kesalahan
penilaian hubungan sebab-akibat,
dan
c. kesalahan
analogi.
2) Kesalahan
deduktif dapat disebabkan karena :
a. kesalahan
karena premis mayor tidak dibatasi,
b. kesalahan
karena adanya term keempat,
c. kesalahan
karena kesimpulan terlalu luas atau tidak
dibatasi, dan
d. kesalahan
karena adanya 2 premis negatif.
D.
Membuat atau Mengevaluasi Kesimpulan Deduktif
Pertanyaan pilihan ganda akan dinilai
benar atau salah dan digunakan di kelas secara formal atau pada ujian untuk
kelas. Jika pertanyaan esai digunakan secara formal, kriteria dapat digunakan
untuk membingkai umpan balik dan memandu penilaian diri sendiri atau rekan
sejawat. Jika pertanyaan esai akan dinilai sebagai bagian dari tes, untuk
nilai, kriteria dapat dibuat menjadi rubrik holistik atau analitik, seperti
dalam contoh Deklarasi Kemerdekaan dalam Bab 2. Kriteria untuk penilaian
kinerja juga dapat dibuat ke dalam rubrik holistik atau analitik. Penilaian
dengan bagian akan memberikan siswa informasi lebih spesifik tentang detail
pekerjaan yang mereka lakukan. Atau, rubrik dapat diterapkan pada penilaian
kinerja (notebook) secara
keseluruhan.
Contoh-contoh penilaian dalam setiap
format (pilihan ganda, esai, dan penilaian kinerja) menyerukan pengurangan
dalam bentuk penalaran dari prinsip-prinsip dalam Bill of Rights ke contoh
spesifik tentang apa artinya bagi situasi kehidupan nyata. Namun, ketiga format
ini tidak dapat dipertukarkan. Pertanyaan pilihan ganda membutuhkan membaca dan
bernalar. Pertanyaan esai memerlukan membaca, bernalar, dan menulis. Penilaian
kinerja membutuhkan membaca, menalar, menemukan bahan sumber daya, menulis, dan
perencanaan yang luas. Cara
yang sangat umum untuk mengevaluasi penalaran deduktif dalam matematika adalah
meminta siswa untuk melakukan bukti aljabar. Berikut ini sebuah contoh:
Tunjukkan bahwa [(x + 2) 3] + 6 = 3 (x +
4)
Untuk menunjukkan bahwa kesetaraan ini
benar, siswa harus membuat daftar serangkaian langkah-langkah penalaran
spesifik, masing-masing dibenarkan oleh penerapan prinsip aljabar.
[(x + 2) 3] + 6 =
[(x • 3) + (2 • 3)] + 6 = Prinsip
distributif untuk perkalian dengan penjumlahan
[3x + (2 • 3)] + 6 = Prinsip komutatif
untuk perkalian
( 3x + 6) + 6 = Komputasi, 2 • 3 = 6
3x + (6 + 6) = Prinsip asosiatif untuk
penambahan
3x + 12 = Komputasi, 6 + 6 = 12
3x + (3 • 4) = Substitusi, 12 = 3 • 4
3 (x + 4) Prinsip distributif kiri untuk
multiplikasi atas penjumlahan
Jika siswa menerapkan setiap prinsip
dengan tepat, kesetaraan berlaku untuk semua nilai x. Siswa telah menunjukkan
kemampuan berpikir secara deduktif dalam matematika. Pengetahuan dan alasan
konten diperlukan untuk menjawab pertanyaan. Siswa perlu mengetahui
prinsip-prinsip distributif, asosiatif, dan komutatif serta fakta dasar
komputasi. Berikut
ini adalah contoh pertanyaan pilihan ganda yang menilai pemahaman ini, serta
pemahaman konten tentang segi empat dan bentuk geometris lainnya:
Gambar 1. Bangunan datar
Alan
mengatakan bahwa jika gambar memiliki
empat sisi, itu harus persegi panjang. Gina tidak
setuju dengan pernyataan Alan.
Manakah dari gambar-gambar
berikut ini yang menunjukkan bahwa Gina benar?
Selain memahami logika contoh tandingan
untuk memilih jawaban yang benar, siswa dapat menggunakan jenis lain dari penalaran logis untuk
menghilangkan yang salah. Pilihan A mendukung klaim Alan, dan pertanyaan itu
menuntut penolakannya. Pilihan B dan C tidak relevan dengan argumen karena gambar-gambar ini tidak
memiliki empat sisi. Siswa yang bernalar dengan cara ini menggunakan beberapa
keterampilan berpikir. Pertama, menggunakan logika inklusi kelas yang
disebutkan di atas, mereka memutuskan elemen apa yang secara logis anggota
kelas atau bagian dari kategorinya, dan kemudian mereka
beralasan dari persyaratan argumen Alan dan Gina bahwa jika gambar-gambar tersebut
bukan anggota kategori
"empat sisi", mereka tidak relevan.
E.
Membuat atau Mengevaluasi Kesimpulan Induktif
Dalam
menilai bagaimana siswa membuat atau mengevaluasi kesimpulan induktif, beri siswa skenario dan beberapa
informasi. Kemudian minta siswa
untuk mengambil kesimpulan yang tepat dari informasi dan menjelaskan mengapa
kesimpulan itu benar. Untuk item pilihan
ganda, mintalah siswa memilih di antara kesimpulan
alternatif.
Contoh
penalaran dengan induktif: Penilaian sains kelas 9
tentang pemikiran perubahan kimia dan fisika
pada Bab 1 adalah contoh penilaian pemikiran induktif. Siswa menarik kesimpulan
tentang perubahan kimia dan fisika
dengan melihat karakteristik masing-masing contoh. Murid-murid yang alasannya
paling dalam dan paling lengkap, seperti
dapat
menganalisis apakah “zat dapat berubah wujud kembali seperti semula” jika iya maka perubahannya
bersifat fisika,
jika tidak kimiawi. Gurunya
dinilai paling memahami konsep sepenuhnya. Penalaran dan pembelajaran dapat berjalan seiring.
Bagian "interpretasi hasil" dari
laporan lab sains biasanya merupakam
salah satu contoh dari penilaian alasan induktif. Siswa
diminta untuk menginterpretasikan apa arti hasil mereka berdasarkan pertanyaan
dan hipotesis penelitian mereka. Laporan laboratorium adalah semacam penilaian
kinerja. Pastikan kriteria yang digunakan
untuk umpan balik dan penilaian mencakup pertimbangan kesehatan penalaran siswa
saat mereka menafsirkan hasil mereka.
Dalam ilmu sosial, juga, siswa menunjukkan
pemikiran induktif ketika mereka menginterpretasikan hasil. Berikut adalah
contoh hasil interpretasi dalam studi sosial. Lebih banyak contoh alasan dari
data muncul di Bab 5, yaitu tentang pemecahan masalah.
Gambar 2. Grafik
Grafik di atas menunjukkan
bahwa:
A.
Orang kaya cenderung memiliki pandangan
politik yang berbeda daripada orang dengan uang lebih sedikit.
B.
Penghasilan kelompok pemilih tertentu telah
meningkat secara dramatis.
C.
Semakin tinggi pendapatan seseorang,
semakin besar kemungkinan dia untuk memilih.
D.
Orang muda lebih cenderung memilih daripada
orang tua.
Perhatikan bahwa grafik menunjukkan bahwa
partisipasi pemilih meningkat dengan meningkatnya pendapatan. Dalam Pertanyaan
tersebut, siswa dinilai apakah mereka dapat melihat pola ini dalam grafik. Grafik tidak menjelaskan
mengapa partisipasi pemilih meningkat dengan meningkatnya pendapatan. Hubungan
antara dua hal tidak selalu berarti bahwa yang satu menyebabkan yang lain.
Pertanyaan esai di bawah ini mengundang penalaran induktif, menilai apakah
siswa dapat menghasilkan hipotesis yang masuk akal yang mungkin menjelaskan
pola tersebut. Berikut
adalah contoh hipotesis yang mengikuti secara logis:
Ø Orang
berpendapatan tinggi mungkin menempuh lebih banyak
pendidikan dan lebih mungkin untuk mengenali pentingnya memilih.
Ø Orang-orang
berpenghasilan tinggi mungkin lebih percaya diri dalam sistem politik atau
merasa mereka lebih dipertaruhkan dalam sistem di mana mereka telah berhasil.
Ø Orang
berpendapatan rendah mungkin berpikir bahwa politisi tidak benar-benar peduli
tentang mereka atau menganggap suara mereka tidak penting.
Ø Orang yang
lebih muda cenderung memiliki pendapatan yang lebih rendah daripada orang yang
lebih tua, dan tingkat partisipasi pemilih untuk orang yang lebih muda lebih
kecil daripada orang yang lebih tua.
Hipotesis yang mewakili penalaran yang
salah akan mencakup pernyataan yang secara logis tidak mengikuti. Misalnya,
mengatakan orang berpenghasilan rendah tidak punya cukup waktu (orang
berpenghasilan tinggi bisa sama sibuknya); pernyataan yang merupakan argumen
melingkar. Misalnya,
mengatakan orang berpendapatan tinggi memilih lebih banyak (yang hanya
menyatakan kembali apa yang ditunjukkan grafik); dan pernyataan yang tidak
relevan. Misalnya,
mengatakan bahwa orang berpenghasilan rendah tidak pergi liburan mewah.
Untuk esai yang lebih panjang dan lebih
mendalam, Anda dapat menambahkan pertanyaan tambahan: “Bukti
tambahan apa yang dikumpulkan untuk mencari tahu dari penjelasan mana yang
lebih mungkin menjadi penyebab hubungan antara pendapatan dan jumlah pemilih
pada tahun 1992?”
Disini dapat dinilai
tanggapan siswa apakah sesuai
dengan bukti tambahan yang disarankan
(misalnya, wawancara sampel orang-orang berpangkat tinggi dan rendah yang
memberikan suara dan tidak memilih pada tahun 1992) relevan untuk menyelidiki
hipotesis yang mereka sarankan, dan seberapa baik mereka menjelaskan alasannya.
Gunakan kriteria sebagai dasar untuk umpan balik dan untuk membuat rubrik
holistik atau analitik.
Contoh penalaran dengan analogi. Guru
sejarah secara implisit mengundang penalaran dengan analogi ketika membuat
pernyataan seperti ini: "Mereka yang
tidak belajar sejarah dikutuk untuk mengulanginya." Tugas proyek atau
pertanyaan tes yang meminta siswa untuk melihat kesejajaran sejarah memerlukan
pemikiran induktif. Pertanyaan yang menghadirkan dua peristiwa historis dan
meminta siswa untuk menunjukkan persamaannya adalah pertanyaan tingkat analisis
dalam taksonomi Bloom. Pertanyaan yang meminta siswa untuk memproyeksikan
paralelnya sendiri akan berada di tingkat evaluasi atau membuat. Berikut ini
salah satu contohnya:
Setelah Perang Dunia II, George C.
Marshall (menteri luar negeri AS, 1947–1949) memenangkan hadiah nobel perdamaian
atas karyanya tentang rencana marshall, yang mendukung pemulihan ekonomi
pascaperang untuk 16 negara. Pertama, jelaskan bagaimana rencana marshall
bekerja. Kemudian, pilih salah satu dari konflik yang lebih baru di mana AS
terlibat:
Ø Perang
Korea (1950–1953)
Ø Perang
Vietnam (1959–1975)
Ø Perang
Teluk Persia (1990-1991)
Bagaimana kondisi pascaperang untuk
konflik tersebut Anda memilih serupa atau berbeda dari kondisi pasca-Perang
Dunia II? Apa yang mungkin terjadi jika Amerika Serikat melembagakan rencana
"seperti Marshall" pada waktu itu? Jelaskan alasanmu.
Tugas ini menilai penarikan kembali
informasi tentang Rencana Marshall dan analisis persamaan dan perbedaan antara
Perang Dunia II dan perang lainnya. Pertanyaan "bagaimana jika"
mengharuskan siswa untuk membuat skenario mereka sendiri. Penjelasan mereka
mungkin juga menunjukkan beberapa evaluasi tentang kemungkinan skenario mereka.
Di sini akan menilai penalaran
siswa berdasarkan seberapa logis penalaran mereka dan seberapa relevan bukti
itu. Seperti sebelumnya, kriteria dapat digunakan untuk mendukung umpan balik
dan untuk mengembangkan rubrik holistik atau analitik untuk penggunaan formatif
atau sumatif.
Di sebagian besar ruang kelas, tugas ini
mungkin akan bekerja lebih baik sebagai penilaian kinerja, memberikan siswa
waktu untuk pergi ke perpustakaan untuk menggunakan Internet dan sumber lain
untuk mencari informasi. Siswa dapat melakukan analisis yang lebih menyeluruh
dan bijaksana tentang persamaan dan perbedaan antara kondisi pascaperang, dan
alasan tentang hasil potensial mendukung pemulihan ekonomi pascaperang, jika
mereka memiliki akses ke informasi lebih banyak daripada yang dapat mereka
ingat. Bahkan, ini bisa berubah menjadi proyek besar yang membutuhkan
perpustakaan dan penelitian Internet, pemikiran tingkat tinggi, dan penulisan.
Untuk proyek-proyek besar, rubrik harus
secara khusus memasukkan referensi ke pemikiran siswa, seperti halnya
seharusnya untuk pertanyaan esai dan penilaian kinerja skala kecil. Perhatikan
bahwa rubrik konten berbicara tentang keakuratan fakta dan perincian serta
kelengkapan informasi, baik dalam konteks apakah tesisnya jelas dan didukung
secara logis. Berpikir tidak bisa dilakukan secara abstrak. Siswa harus
memikirkan sesuatu. Keakuratan dan relevansi apa yang mereka pikirkan terkait
dengan alasan mereka. Faktanya, menilai keakuratan dan relevansi informasi
adalah bagian dari proses penalaran.
F.
Penggunaan
Hasil Formatif dan Summatif
Penilaian formatif menjadi
prosedur pengujian yang mencakup berbagai teknik penilaian formal dan informal
yang dilakukan oleh guru selama proses pengajaran untuk meningkatkan
pembelajaran siswa. Penilaian ini membantu guru dan siswa untuk memperbaiki
cara mereka belajar dan mengajarkan sesuatu, oleh karenanya terus berkembang.
Contohnya tugas, dan penilaian pada pembahasan suatu materi/ BAB. Penilaian ini
membantu memantau pembelajaran siswa. Bobot penilaian formatif sepanjang tahun
ajaran tetap relative kecil dan hanya bagi siswa untuk berinteraksi lebih
banyak dengan pihak yang lebih tinggi.
Penilaian sumatif menjadi
metode pengujian yang digunakan oleh berbagai institusi dimana pembelajaran
siswa dibandingkan dengan patokan penilaian standar yang benar. Penilaian ini
hanya memberi gambaran tentang pencapaian pada akhir tahun ajaran dan hanya
untuk siswa. Contohnya pada ujian akhir semester. Penilaian ini hanya berfokus
pada evaluasi pembelajaran siswa. Bobot penilaiannya tetep relative besar dan
mencakup sebagian besar modul dan nilai.
Materi sebelumnya telah
membahas cara formatif untuk menggunakan pertanyaan pilihan ganda, dengan
sistem respons ruang kelas atau kartu ABCD dan diskusi tindak lanjut serta
kegiatan di kelas. Ini terus menjadi strategi formatif yang baik untuk pertanyaan
seperti item pemilih. Dalam
menggunakan pertanyaan seperti ini untuk meningkatkan keterampilan penalaran
siswa, penting untuk memastikan bahwa dalam diskusi lanjutan siswa berbicara
tentang alasan mereka. Mengapa mereka memilih opsi tertentu? Sewaktu siswa
membahas pilihan ini, mereka akan mengklarifikasi alasan yang terlibat. Dalam
Bab 2 juga telah dibahas memberikan umpan
balik pada esai yang mencakup komentar tentang alasan siswa.
Penilaian kinerja Marshall Plan adalah
contoh dari proyek jangka panjang yang menilai pemikiran tingkat tinggi. Bangun
peluang penilaian formatif ke dalam pekerjaan siswa pada proyek jangka panjang
dengan menilai rencana, kemajuan, atau produk parsial. Jangan membuat siswa
menunggu sampai tugas yang panjang untuk mendapatkan informasi tentang
bagaimana pekerjaan berkontribusi terhadap pembelajaran mereka. Penulis mengingat banyak tugas
makalah jenis kertas di sekolah menengah di mana satu-satunya bantuan yang
diberikan guru adalah menjadwalkan "hari perpustakaan" sehingga
penulis dapat menemukan informasi. Tetapi sebagian besar waktu, tugas diberikan
dan siswa dibiarkan bekerja sendiri sampai tanggal jatuh tempo.
Penggunaan tugas jangka panjang yang lebih
efektif, dari sudut pandang penilaian, adalah untuk membangun peluang formatif
sambil bekerja pada produk akhir masih berlangsung. Pendekatan ini sangat
penting untuk proses berpikir. Siswa tidak akan dengan sengaja menulis tesis
yang tidak jelas atau mendukung posisi mereka dengan buruk. Dan jika pertama
kali mereka tahu mereka melakukannya pada akhir periode kerja, sudah terlambat
untuk mengklarifikasi pemikiran atau meningkatkan produk.
Dalam arahan untuk penilaian kinerja
Marshall Plan, dapat membuat sebagian produk untuk dinilai secara formal. Dapat meminta garis besar
tentang apa yang akan ditulis siswa sebagai jawaban untuk bagian pertama dari
pertanyaan (menggambarkan Rencana Marshall). Garis besar ini bisa menjadi
subjek penilaian diri, penilaian sejawat, umpan balik guru, atau kombinasi dari
semuanya. Anda dapat meminta pernyataan satu paragraf dari tesis yang dipilih
mahasiswa, yang mengidentifikasi konflik mana yang lebih baru yang telah dipilih
dan kesimpulan utama tentang persamaan dan perbedaan yang relevan dengan
pemulihan ekonomi, serta dukungan utama yang akan diberikan dalam makalahnya.
Dapat memerlukan dokumen
perencanaan yang menjelaskan
strategi siswa untuk menemukan informasi tambahan yang diperlukan untuk
menyelesaikan makalah nya.
Sekali lagi, salah satu dari persyaratan ini dapat menjadi subjek penilaian
diri sendiri atau teman dan umpan balik guru.
Poin penting formatif di sini adalah bahwa
informasi yang siswa terima dari merefleksikan produk parsial dan dari umpan
balik pada produk parsial dapat dimasukkan ke dalam pekerjaan di masa depan.
Kemudian, ketika waktu untuk penilaian sumatif datang, karakteristik dalam
rubrik akan lebih dipahami dan bertemu lebih baik daripada jika tidak ada
penilaian formatif yang sedang berlangsung.
BAB
III
PENUTUP
Simpulan
Dari berbagai penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
penalaran dalam prosesnya ada 2 macam, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran Deduktif adalah metode
berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu, untuk seterusnya
diambil kesimpulan yang khusus.
Penalaran Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan
bertolak dari bentuk penalaran deduktif. Yakni menarik suatu kesimpulan dari fakta-
fakta yang sifatnya khusus, untuk kemudian ditarik kesimpulan yang sifatnya
umum.
Penalaran
diperlukan untuk semua pemikiran tingkat tinggi, jadi dalam beberapa hal materi
ini tumpang tindih dengan yang lainnya. Materi
ini telah membahas logika dan penalaran secara terpisah karena penalaran itu
sendiri (apa itu, bagaimana
melakukannya, dan bagaimana menulis item penilaian dan tugas yang
membutuhkannya).
Banyak yang dibuat dari taksonomi kognitif dan penyelesaian masalah. Bagaimana membuat
mekanisme berpikir terlihat oleh siswa dan bagaimana menulis item penilaian dan
tugas yang akan membantu guru dan siswa mencari tahu jenis penalaran apa yang
dapat dilakukan dengan tingkat
keterampilan apa. Ketika masuk ke
pembahasan pemikiran kritis dan penilaian siswa,
harus siap untuk mengingat logika dan alasan yang diperlukan untuk mendukung
pemikiran kritis tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Brookhart,
Susan M. 2010.
How To Assess Higher-OrderThinking Skills in Your Classroom. Virginia, USA:
ASCD.
Brotowidjojo, Mukkayat. 1993. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta:
Akademika Presindo.
Irsyat Wiyadi, Muhammad, dkk. 2017. "Penalaran dan
Pengembangan Paragraf". Makalah Bahasa Indonesia. Semarang:
Penerbit UNS.
Kusmana, Suherli. 2010. Menulis karya Tulis Ilmiah. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar