Kamis, 10 Desember 2020

MAKALAH MENILAI LOGIKA DAN PENALARAN

 



MAKALAH

MENILAI LOGIKA DAN PENALARAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Fisika

 

 

Dosen Pengampu :

1.    Prof. Dr. Ani Rusilowati, M.Pd.

2.    Dr. Bambang Subali, M.Pd.

 

Disusun oleh :

Ummi Nuzulul Fitroh                       (0403519002)

Adina Widi Astuti                             (0403519003)

 

 

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

 2020


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.  Latar Belakang Masalah

Pencarian pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah. Pencarian kesimpulan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat dijadikan 2 jenis penalaran, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif  bertolak dari sebuah konklusi atau simpulan yang didapat dari satu atau lebih pertanyaan yang lebih umum yang dapat dilakukan secara langsung dan dapat dilakukan secara tidak langsung. Penalaran induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan yang bertolak dari pernyataan-pertanyaan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum. Oleh karena itu, simpulan yang diperoleh atau tidak lebih khusus daripada pernyataan (premis).

Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu wujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika.

B.  Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud penalaran?

2.      Apa yang dimaksud dengan penalaran deduktif dan induktif?

3.      Apa yang dimaksud kesalahan penalaran?

4.      Bagaimanakah cara membuat atau mengevaluasi kesimpulan deduktif?

5.      Bagaimanakah cara membuat atau mengevaluasi kesimpulan induktif?

6.      Bagaimanakah penggunaan hasil formatif dan summatif?

C.  Tujuan

1.    Memahami penalaran.

2.    Memahami penalaran Deduktif dan Induktif.

3.    Memahami kesalahan penalaran.

4.    Mengetahui cara membuat atau mengevaluasi kesimpulan deduktif.

5.    Mengetahui cara membuat atau mengevaluasi kesimpulan induktif.

6.    Memahami penggunaan hasil formatif dan summatif.

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Penalaran

Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Data atau fakta yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar. Di sinilah letaknya kerja penalaran. Orang akan menerima data dan fakta yang benar dan tentu saja akan menolak fakta yang belum jelas kebenarannya. Data yang dapat dipergunakan dalam penalaran untuk mencapai satu simpulan ini harus berbentuk kalimat pernyataan. Kalimat pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data itu disebut proposisi.

Penalaran merupakan proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indra (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi–proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut Premis dan hasil kesimpulannya disebut  konklusi. Ciri- ciri penalaran sebagai berikut:

1.    Dilakukan dengan sadar.

2.    Didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui.

3.    Sistematis.

4.    Terarah, bertujuan.

5.    Menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap yang baru.

6.    Sadar tujuan.

7.    Premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah diperoleh.

8.    Pola pemikiran tertentu.

 

B.  Metode Penalaran           

Dua jenis metode penalaran yaitu penalaran deduktif dan induktif :

1.    Metode Deduktif

Metode berpikir deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.

Bernalar secara Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik suatu kesimpulan dari suatu prinsip atau sikap yang berlaku umum untuk kemudian ditarik kesimpulan yang khusus. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuju kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah. Misalnya, siswa pra-aljabar belajar yang komutatif prinsip untuk penambahan menyatakan a + b = b + a . Karena itu, dengan deduksi, itu harus benar bahwa 6 + 2 = 2 + 6. Atau dalam sains, misalnya, siswa sekolah dasar belajar bahwa tanaman membutuhkan air untuk berkembang. Oleh karena itu, Jadi, jika siswa tidak menyirami biji yang tumbuh, tanaman akan mati. Salah satu fitur menarik dari deduksi adalah pasti.

Penarikan simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan dapat pula dilakukan secara tak langsung.

a)    Menarik Simpulan secara Langsung

Simpulan (konklusi) secara langsung adalah suatu proses penarikan kesimpulan yang ditarik dari satu premis. Misalnya:

1.    Semua S adalah P. (premis)

Sebagian  P adalah S. (simpulan)

Contoh:

Semua ikan berdarah dingin. (premis)

Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)

2.    Tidak satu pun S adalah P. (premis)

Tidak satu pun P adalah S. (simpulan)

Contoh:

Tidak seekor nyamuk pun adalah lalat. (premis)

Tidak seekor lalat pun adalah nyamuk. (simpulan)

3.    Semua S adalah P. (premis)

Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)

Contoh:

Semua rudal adalah senjata berbahaya. (premis)

Tidak satu pun rudal adalah senjata tidak berbahaya. (simpulan)

4.    Tidak satu pun S adalah P. (premis)

Semua S adalah tak-P. (simpulan)

Contoh:

Tidak seekor pun harimau adalah singa. (premis)

Semua harimau adalah bukan singa. (simpulan)

5.    Semua S adalah P. (premis)

Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)

Tidak satu pun tak-P adalah S. (simpulan)

Contoh:

Semua gajah adalah berbelalai. (premis)

Tak satu pun gajah adalah takberbelalai. (simpulan)

Tidak satu pun yang takberbelalai adalah gajah. (simpulan)

 

b)   Menarik Simpulan secara Tidak Langsung

Penarikan simpulan secara tidak langsung atau silogisme, adalah suatu proses penarikan kesimpulan yang memerlukan dua data sebagai data utamanya. Dari dua data ini, akan dihasilkan sebuah simpulan. Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.

Untuk menarik simpulan secara tidak langsung ini, kita memerlukan suatu premis (pernyataan dasar) yang bersifat umum (PU) dan premis yang kedua bersifat khusus (PK). Sebagai umpama:

PU     : Setiap manusia akan mati

PK     : Pak ujang adalah manusia

K       : Pak ujang akan mati

Hal- hal penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan suatu silogisme adalah sebagai berikut:

1)   Silogisme terdiri dari tiga pernyataan.

2)   Pernyataan (premis) pertama disebut premis umum.

3)   Pernyataan (premis) kedua disebut premis khusus

4)   Pernyataan ketiga disebut kesimpulan.

5)   Apabila salah satu premisnya negatif, maka kesimpuulannya pasti negatif.

6)   Dua premis negatif tidak dapat menghasilkan kesimpulan.

7)   Dari dua premis khusus tidak dapat ditarik kesimpulan.

 

 

2.    Metode Induktif

Metode berpikir induktif adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasi pengamatan empiris dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Contoh:

Ani bersekolah dengan memakai seragam merah putih karena masih SD,

Anton bersekolah dengan memakai seragam merah putih karena dia masih SD.

Kesimpulan:

Semua siswa yang masih SD memakai seragam merah putih saat bersekolah.

Penalaran induktif dilakukan terhadap fakta-fakta khusus untuk kemudian dirumuskan sebuah kesimpulan. Kesimpulan ini mencakup semua fakta yang khusus. Cara bernalar induktif juga terbagi kedalam beberapa macam. Yakni:

a)    Generalisasi

Generalisasi adalah proses penalaran yang megandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Dari beberapa gejala dan data, kita ragu-ragu mengatakan bahwa “Lulusan sekolah A pintar-pintar.” Hal ini dapat kita simpulkan setelah beberapa data sebagai pernyataan memberikan gambaran seperti itu.

Contoh:

Jika dipanaskan, besi memuai.

Jika dipanaskan, tembaga memuai.

Jika dipanaskan, emas memuai.

Jadi, jika dipanaskan semua logam akan memuai.

Benar atau tidak benarnya rumusan kesimpulan secara generalisasi, itu dapat dilihat dari hal-hal berikut.:

1.    Data itu harus memadai jumlahnya. Semakin banyak data yang dipaparkan, semakin benar simpulan yang diperoleh.

2.    Data itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama itu akan dihasilkan simpulan yang benar.

3.    Pengecualian perlu diperhitungkan karena data-data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat dijadikan data.

Contoh generalisasi yang tidak sahih:

1.    Orang garut suka rujak

2.    Makan daging dapat menyebabkan penyakit darah tinggi.

3.    Orang malas akan kehilangan banyak rejeki.

 

b)   Analogi

Analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama. Contoh:

Nina adalah lulusan akademi A. Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Ali adalah lulusan akademi A. Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Tujuan penalaran secara analogi adalah sebagai berikut.

1.    Analogi dilakukan untuk meramalkan sesuatu.

2.    Analogi dilakukan untuk menyingkap suatu kekeliruan.

3.    Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.

 

c)    Hubungan Kausal

Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang memiliki pola hubungan sebab akibat. Misalnya, tombol ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan. Hujan turun dan jalan-jalan becek. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, terdapat tiga pola hubungan kausalitas, yaitu sebagai berikut:

1.    Sebab-Akibat

Sebab-akibat ini berpola A menyebabkan B. Disamping itu, hubungan ini dapat pula berpola A menyebabkan B, C, D, dan seterusnya. Jadi, efek dari satu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas terhadap sebuah akibat yang nyata. Kalau kita melihat sebiji buah mangga terjatuh dari batangnya, kita akan memperkirakan beberapa kemungkinan penyebabnya. Mungkin mangga itu ditimpa hujan, mungkin dihempas angin, dan mungkin pula dilempari anak-anak. Pastilah salah satu kemungkinana itu yang menjadi penyebabnya.

2.    Akibat-Sebab

Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita analisis untuk dicari penyebabnya. Contoh: Kemarin pak maman tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi  istrinya pergi ke apotek membeli obat. Oleh karena itu, pasti Pak Maman sedang sakit.

 

C.  Kesalahan Penalaran

Salah nalar dapat  terjadi di dalam proses berpikir untuk mengambil keputusan. Hal ini terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih dari kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, dan karena dorongan emosi. Salah nalar ada dua macam:

1)   Salah nalar induktif, berupa:

a.    kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas,

b.    kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat, dan

c.    kesalahan analogi.

2)   Kesalahan deduktif dapat disebabkan karena :

a.    kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi,

b.    kesalahan karena adanya term keempat,

c.    kesalahan karena kesimpulan terlalu luas atau tidak dibatasi, dan

d.    kesalahan karena adanya 2 premis negatif.

 

D.  Membuat atau Mengevaluasi Kesimpulan Deduktif

Pertanyaan pilihan ganda akan dinilai benar atau salah dan digunakan di kelas secara formal atau pada ujian untuk kelas. Jika pertanyaan esai digunakan secara formal, kriteria dapat digunakan untuk membingkai umpan balik dan memandu penilaian diri sendiri atau rekan sejawat. Jika pertanyaan esai akan dinilai sebagai bagian dari tes, untuk nilai, kriteria dapat dibuat menjadi rubrik holistik atau analitik, seperti dalam contoh Deklarasi Kemerdekaan dalam Bab 2. Kriteria untuk penilaian kinerja juga dapat dibuat ke dalam rubrik holistik atau analitik. Penilaian dengan bagian akan memberikan siswa informasi lebih spesifik tentang detail pekerjaan yang mereka lakukan. Atau, rubrik dapat diterapkan pada penilaian kinerja (notebook) secara keseluruhan.

Contoh-contoh penilaian dalam setiap format (pilihan ganda, esai, dan penilaian kinerja) menyerukan pengurangan dalam bentuk penalaran dari prinsip-prinsip dalam Bill of Rights ke contoh spesifik tentang apa artinya bagi situasi kehidupan nyata. Namun, ketiga format ini tidak dapat dipertukarkan. Pertanyaan pilihan ganda membutuhkan membaca dan bernalar. Pertanyaan esai memerlukan membaca, bernalar, dan menulis. Penilaian kinerja membutuhkan membaca, menalar, menemukan bahan sumber daya, menulis, dan perencanaan yang luas. Cara yang sangat umum untuk mengevaluasi penalaran deduktif dalam matematika adalah meminta siswa untuk melakukan bukti aljabar. Berikut ini sebuah contoh:

Tunjukkan bahwa [(x + 2) 3] + 6 = 3 (x + 4)

Untuk menunjukkan bahwa kesetaraan ini benar, siswa harus membuat daftar serangkaian langkah-langkah penalaran spesifik, masing-masing dibenarkan oleh penerapan prinsip aljabar.

[(x + 2) 3] + 6 =

[(x • 3) + (2 • 3)] + 6 = Prinsip distributif untuk perkalian dengan penjumlahan

[3x + (2 • 3)] + 6 = Prinsip komutatif untuk perkalian

( 3x + 6) + 6 = Komputasi, 2 • 3 = 6

3x + (6 + 6) = Prinsip asosiatif untuk penambahan

3x + 12 = Komputasi, 6 + 6 = 12

3x + (3 • 4) = Substitusi, 12 = 3 • 4

3 (x + 4) Prinsip distributif kiri untuk multiplikasi atas penjumlahan

Jika siswa menerapkan setiap prinsip dengan tepat, kesetaraan berlaku untuk semua nilai x. Siswa telah menunjukkan kemampuan berpikir secara deduktif dalam matematika. Pengetahuan dan alasan konten diperlukan untuk menjawab pertanyaan. Siswa perlu mengetahui prinsip-prinsip distributif, asosiatif, dan komutatif serta fakta dasar komputasi. Berikut ini adalah contoh pertanyaan pilihan ganda yang menilai pemahaman ini, serta pemahaman konten tentang segi empat dan bentuk geometris lainnya:

Gambar 1. Bangunan datar

Alan mengatakan bahwa jika gambar memiliki empat sisi, itu harus persegi panjang. Gina tidak setuju dengan pernyataan Alan. Manakah dari gambar-gambar berikut ini yang menunjukkan bahwa Gina benar?

Selain memahami logika contoh tandingan untuk memilih jawaban yang benar, siswa dapat menggunakan jenis lain dari penalaran logis untuk menghilangkan yang salah. Pilihan A mendukung klaim Alan, dan pertanyaan itu menuntut penolakannya. Pilihan B dan C tidak relevan dengan argumen karena gambar-gambar ini tidak memiliki empat sisi. Siswa yang bernalar dengan cara ini menggunakan beberapa keterampilan berpikir. Pertama, menggunakan logika inklusi kelas yang disebutkan di atas, mereka memutuskan elemen apa yang secara logis anggota kelas atau bagian dari kategorinya, dan kemudian mereka beralasan dari persyaratan argumen Alan dan Gina bahwa jika gambar-gambar tersebut bukan anggota kategori "empat sisi", mereka tidak relevan.

 

E.  Membuat atau Mengevaluasi Kesimpulan Induktif

Dalam menilai bagaimana siswa membuat atau mengevaluasi kesimpulan induktif, beri siswa skenario dan beberapa informasi. Kemudian minta siswa untuk mengambil kesimpulan yang tepat dari informasi dan menjelaskan mengapa kesimpulan itu benar. Untuk item pilihan ganda, mintalah siswa memilih di antara kesimpulan alternatif.

Contoh penalaran dengan induktif: Penilaian sains kelas 9 tentang pemikiran perubahan kimia dan fisika pada Bab 1 adalah contoh penilaian pemikiran induktif. Siswa menarik kesimpulan tentang perubahan kimia dan fisika dengan melihat karakteristik masing-masing contoh. Murid-murid yang alasannya paling dalam dan paling lengkap, seperti dapat menganalisis apakah zat dapat berubah wujud kembali seperti semula” jika iya maka perubahannya bersifat fisika, jika tidak kimiawi. Gurunya dinilai paling memahami konsep sepenuhnya. Penalaran dan pembelajaran dapat berjalan seiring.

Bagian "interpretasi hasil" dari laporan lab sains biasanya merupakam salah satu contoh dari penilaian alasan induktif. Siswa diminta untuk menginterpretasikan apa arti hasil mereka berdasarkan pertanyaan dan hipotesis penelitian mereka. Laporan laboratorium adalah semacam penilaian kinerja. Pastikan kriteria yang digunakan untuk umpan balik dan penilaian mencakup pertimbangan kesehatan penalaran siswa saat mereka menafsirkan hasil mereka.

Dalam ilmu sosial, juga, siswa menunjukkan pemikiran induktif ketika mereka menginterpretasikan hasil. Berikut adalah contoh hasil interpretasi dalam studi sosial. Lebih banyak contoh alasan dari data muncul di Bab 5, yaitu tentang pemecahan masalah.

Gambar 2. Grafik

Grafik di atas menunjukkan bahwa:

A. Orang kaya cenderung memiliki pandangan politik yang berbeda daripada orang dengan uang lebih sedikit.

B. Penghasilan kelompok pemilih tertentu telah meningkat secara dramatis.

C. Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin besar kemungkinan dia untuk memilih.

D. Orang muda lebih cenderung memilih daripada orang tua.

Perhatikan bahwa grafik menunjukkan bahwa partisipasi pemilih meningkat dengan meningkatnya pendapatan. Dalam Pertanyaan tersebut, siswa dinilai apakah mereka dapat melihat pola ini dalam grafik. Grafik tidak menjelaskan mengapa partisipasi pemilih meningkat dengan meningkatnya pendapatan. Hubungan antara dua hal tidak selalu berarti bahwa yang satu menyebabkan yang lain. Pertanyaan esai di bawah ini mengundang penalaran induktif, menilai apakah siswa dapat menghasilkan hipotesis yang masuk akal yang mungkin menjelaskan pola tersebut. Berikut adalah contoh hipotesis yang mengikuti secara logis:

Ø Orang berpendapatan tinggi mungkin menempuh lebih banyak pendidikan dan lebih mungkin untuk mengenali pentingnya memilih.

Ø Orang-orang berpenghasilan tinggi mungkin lebih percaya diri dalam sistem politik atau merasa mereka lebih dipertaruhkan dalam sistem di mana mereka telah berhasil.

Ø Orang berpendapatan rendah mungkin berpikir bahwa politisi tidak benar-benar peduli tentang mereka atau menganggap suara mereka tidak penting.

Ø Orang yang lebih muda cenderung memiliki pendapatan yang lebih rendah daripada orang yang lebih tua, dan tingkat partisipasi pemilih untuk orang yang lebih muda lebih kecil daripada orang yang lebih tua.

Hipotesis yang mewakili penalaran yang salah akan mencakup pernyataan yang secara logis tidak mengikuti. Misalnya, mengatakan orang berpenghasilan rendah tidak punya cukup waktu (orang berpenghasilan tinggi bisa sama sibuknya); pernyataan yang merupakan argumen melingkar. Misalnya, mengatakan orang berpendapatan tinggi memilih lebih banyak (yang hanya menyatakan kembali apa yang ditunjukkan grafik); dan pernyataan yang tidak relevan. Misalnya, mengatakan bahwa orang berpenghasilan rendah tidak pergi liburan mewah.

Untuk esai yang lebih panjang dan lebih mendalam, Anda dapat menambahkan pertanyaan tambahan: Bukti tambahan apa yang dikumpulkan untuk mencari tahu dari penjelasan mana yang lebih mungkin menjadi penyebab hubungan antara pendapatan dan jumlah pemilih pada tahun 1992?

Disini dapat dinilai tanggapan siswa apakah sesuai dengan bukti tambahan yang disarankan (misalnya, wawancara sampel orang-orang berpangkat tinggi dan rendah yang memberikan suara dan tidak memilih pada tahun 1992) relevan untuk menyelidiki hipotesis yang mereka sarankan, dan seberapa baik mereka menjelaskan alasannya. Gunakan kriteria sebagai dasar untuk umpan balik dan untuk membuat rubrik holistik atau analitik.

Contoh penalaran dengan analogi. Guru sejarah secara implisit mengundang penalaran dengan analogi ketika membuat pernyataan seperti ini: "Mereka yang tidak belajar sejarah dikutuk untuk mengulanginya." Tugas proyek atau pertanyaan tes yang meminta siswa untuk melihat kesejajaran sejarah memerlukan pemikiran induktif. Pertanyaan yang menghadirkan dua peristiwa historis dan meminta siswa untuk menunjukkan persamaannya adalah pertanyaan tingkat analisis dalam taksonomi Bloom. Pertanyaan yang meminta siswa untuk memproyeksikan paralelnya sendiri akan berada di tingkat evaluasi atau membuat. Berikut ini salah satu contohnya:

Setelah Perang Dunia II, George C. Marshall (menteri luar negeri AS, 1947–1949) memenangkan hadiah nobel perdamaian atas karyanya tentang rencana marshall, yang mendukung pemulihan ekonomi pascaperang untuk 16 negara. Pertama, jelaskan bagaimana rencana marshall bekerja. Kemudian, pilih salah satu dari konflik yang lebih baru di mana AS terlibat:

Ø Perang Korea (1950–1953)

Ø Perang Vietnam (1959–1975)

Ø Perang Teluk Persia (1990-1991)

Bagaimana kondisi pascaperang untuk konflik tersebut Anda memilih serupa atau berbeda dari kondisi pasca-Perang Dunia II? Apa yang mungkin terjadi jika Amerika Serikat melembagakan rencana "seperti Marshall" pada waktu itu? Jelaskan alasanmu.

Tugas ini menilai penarikan kembali informasi tentang Rencana Marshall dan analisis persamaan dan perbedaan antara Perang Dunia II dan perang lainnya. Pertanyaan "bagaimana jika" mengharuskan siswa untuk membuat skenario mereka sendiri. Penjelasan mereka mungkin juga menunjukkan beberapa evaluasi tentang kemungkinan skenario mereka. Di sini akan menilai penalaran siswa berdasarkan seberapa logis penalaran mereka dan seberapa relevan bukti itu. Seperti sebelumnya, kriteria dapat digunakan untuk mendukung umpan balik dan untuk mengembangkan rubrik holistik atau analitik untuk penggunaan formatif atau sumatif.

Di sebagian besar ruang kelas, tugas ini mungkin akan bekerja lebih baik sebagai penilaian kinerja, memberikan siswa waktu untuk pergi ke perpustakaan untuk menggunakan Internet dan sumber lain untuk mencari informasi. Siswa dapat melakukan analisis yang lebih menyeluruh dan bijaksana tentang persamaan dan perbedaan antara kondisi pascaperang, dan alasan tentang hasil potensial mendukung pemulihan ekonomi pascaperang, jika mereka memiliki akses ke informasi lebih banyak daripada yang dapat mereka ingat. Bahkan, ini bisa berubah menjadi proyek besar yang membutuhkan perpustakaan dan penelitian Internet, pemikiran tingkat tinggi, dan penulisan.

Untuk proyek-proyek besar, rubrik harus secara khusus memasukkan referensi ke pemikiran siswa, seperti halnya seharusnya untuk pertanyaan esai dan penilaian kinerja skala kecil. Perhatikan bahwa rubrik konten berbicara tentang keakuratan fakta dan perincian serta kelengkapan informasi, baik dalam konteks apakah tesisnya jelas dan didukung secara logis. Berpikir tidak bisa dilakukan secara abstrak. Siswa harus memikirkan sesuatu. Keakuratan dan relevansi apa yang mereka pikirkan terkait dengan alasan mereka. Faktanya, menilai keakuratan dan relevansi informasi adalah bagian dari proses penalaran.

 

F.   Penggunaan Hasil Formatif dan Summatif

Penilaian formatif menjadi prosedur pengujian yang mencakup berbagai teknik penilaian formal dan informal yang dilakukan oleh guru selama proses pengajaran untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Penilaian ini membantu guru dan siswa untuk memperbaiki cara mereka belajar dan mengajarkan sesuatu, oleh karenanya terus berkembang. Contohnya tugas, dan penilaian pada pembahasan suatu materi/ BAB. Penilaian ini membantu memantau pembelajaran siswa. Bobot penilaian formatif sepanjang tahun ajaran tetap relative kecil dan hanya bagi siswa untuk berinteraksi lebih banyak dengan pihak yang lebih tinggi.

Penilaian sumatif menjadi metode pengujian yang digunakan oleh berbagai institusi dimana pembelajaran siswa dibandingkan dengan patokan penilaian standar yang benar. Penilaian ini hanya memberi gambaran tentang pencapaian pada akhir tahun ajaran dan hanya untuk siswa. Contohnya pada ujian akhir semester. Penilaian ini hanya berfokus pada evaluasi pembelajaran siswa. Bobot penilaiannya tetep relative besar dan mencakup sebagian besar modul dan nilai.

Materi sebelumnya telah membahas cara formatif untuk menggunakan pertanyaan pilihan ganda, dengan sistem respons ruang kelas atau kartu ABCD dan diskusi tindak lanjut serta kegiatan di kelas. Ini terus menjadi strategi formatif yang baik untuk pertanyaan seperti item pemilih. Dalam menggunakan pertanyaan seperti ini untuk meningkatkan keterampilan penalaran siswa, penting untuk memastikan bahwa dalam diskusi lanjutan siswa berbicara tentang alasan mereka. Mengapa mereka memilih opsi tertentu? Sewaktu siswa membahas pilihan ini, mereka akan mengklarifikasi alasan yang terlibat. Dalam Bab 2 juga telah dibahas memberikan umpan balik pada esai yang mencakup komentar tentang alasan siswa.

Penilaian kinerja Marshall Plan adalah contoh dari proyek jangka panjang yang menilai pemikiran tingkat tinggi. Bangun peluang penilaian formatif ke dalam pekerjaan siswa pada proyek jangka panjang dengan menilai rencana, kemajuan, atau produk parsial. Jangan membuat siswa menunggu sampai tugas yang panjang untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana pekerjaan berkontribusi terhadap pembelajaran mereka. Penulis mengingat banyak tugas makalah jenis kertas di sekolah menengah di mana satu-satunya bantuan yang diberikan guru adalah menjadwalkan "hari perpustakaan" sehingga penulis dapat menemukan informasi. Tetapi sebagian besar waktu, tugas diberikan dan siswa dibiarkan bekerja sendiri sampai tanggal jatuh tempo.

Penggunaan tugas jangka panjang yang lebih efektif, dari sudut pandang penilaian, adalah untuk membangun peluang formatif sambil bekerja pada produk akhir masih berlangsung. Pendekatan ini sangat penting untuk proses berpikir. Siswa tidak akan dengan sengaja menulis tesis yang tidak jelas atau mendukung posisi mereka dengan buruk. Dan jika pertama kali mereka tahu mereka melakukannya pada akhir periode kerja, sudah terlambat untuk mengklarifikasi pemikiran atau meningkatkan produk.

Dalam arahan untuk penilaian kinerja Marshall Plan, dapat membuat sebagian produk untuk dinilai secara formal. Dapat meminta garis besar tentang apa yang akan ditulis siswa sebagai jawaban untuk bagian pertama dari pertanyaan (menggambarkan Rencana Marshall). Garis besar ini bisa menjadi subjek penilaian diri, penilaian sejawat, umpan balik guru, atau kombinasi dari semuanya. Anda dapat meminta pernyataan satu paragraf dari tesis yang dipilih mahasiswa, yang mengidentifikasi konflik mana yang lebih baru yang telah dipilih dan kesimpulan utama tentang persamaan dan perbedaan yang relevan dengan pemulihan ekonomi, serta dukungan utama yang akan diberikan dalam makalahnya. Dapat memerlukan dokumen perencanaan yang menjelaskan strategi siswa untuk menemukan informasi tambahan yang diperlukan untuk menyelesaikan makalah nya. Sekali lagi, salah satu dari persyaratan ini dapat menjadi subjek penilaian diri sendiri atau teman dan umpan balik guru.

Poin penting formatif di sini adalah bahwa informasi yang siswa terima dari merefleksikan produk parsial dan dari umpan balik pada produk parsial dapat dimasukkan ke dalam pekerjaan di masa depan. Kemudian, ketika waktu untuk penilaian sumatif datang, karakteristik dalam rubrik akan lebih dipahami dan bertemu lebih baik daripada jika tidak ada penilaian formatif yang sedang berlangsung.


 

BAB III

PENUTUP

 

Simpulan

Dari berbagai penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penalaran dalam prosesnya ada 2 macam, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran Deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu, untuk seterusnya diambil kesimpulan yang khusus.  Penalaran Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari bentuk penalaran deduktif. Yakni menarik suatu kesimpulan dari fakta- fakta yang sifatnya khusus, untuk kemudian ditarik kesimpulan yang sifatnya umum.

Penalaran diperlukan untuk semua pemikiran tingkat tinggi, jadi dalam beberapa hal materi ini tumpang tindih dengan yang lainnya. Materi ini telah membahas logika dan penalaran secara terpisah karena penalaran itu sendiri (apa itu, bagaimana melakukannya, dan bagaimana menulis item penilaian dan tugas yang membutuhkannya). Banyak yang dibuat dari taksonomi kognitif dan penyelesaian masalah. Bagaimana membuat mekanisme berpikir terlihat oleh siswa dan bagaimana menulis item penilaian dan tugas yang akan membantu guru dan siswa mencari tahu jenis penalaran apa yang dapat dilakukan dengan tingkat keterampilan apa. Ketika masuk ke pembahasan pemikiran kritis dan penilaian siswa, harus siap untuk mengingat logika dan alasan yang diperlukan untuk mendukung pemikiran kritis tersebut.

 

 

 

 

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Brookhart, Susan M. 2010. How To Assess Higher-OrderThinking Skills in Your Classroom. Virginia, USA: ASCD.

Brotowidjojo, Mukkayat. 1993. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika Presindo.

Irsyat Wiyadi, Muhammad, dkk. 2017. "Penalaran dan Pengembangan Paragraf". Makalah Bahasa Indonesia. Semarang: Penerbit UNS.

Kusmana, Suherli. 2010. Menulis karya Tulis Ilmiah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

 

 

 

 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH PROSES KEPUTUSAN INOVASI

  MAKALAH PROSES KEPUTUSAN INOVASI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Inov a...